Infeksi Tali Pusat Bayi Baru Lahir

LIDRA GUSMANINDRI
13211413
Infeksi Tali Pusat Bayi Baru Lahir Ayahbunda.co.id

Image by : Dokumentasi Ayahbunda

Ibu mungkin takut menyentuh dan merawat sisa tali pusat karena khawatir  menyakiti bayi. Padahal, sisa tali pusat yang kurang terjaga kebersihannya berisiko infeksi. Apalagi, bila kondisi lingkungan di sekitarnya lembap sehingga memudahkan bakteri atau kuman berkembang biak.

Ada beberapa gejala yang menandakan bayi baru lahir Anda terkena infeksi tali pusat, seperti:

  • Tercium bau.
  • Timbul ruam merah atau bengkak di sekitar pangkal tali pusat.
  • Bisa disertai nanah atau cairan lengket jernih
  • Pada beberapa kasus disertai keluhan sistemik, seperti demam, malas minum dan lain-lain.

Jika bayi baru lahir Anda terdeteksi mengalami infeksi tali pusat, segera lakukan beberapa hal ini:

  • Segera periksakan bayi Anda ke dokter. Bila telah terjadi infeksi akan diberikan antibiotika suntik dan terapi lokal untuk mengurangi jumlah bakteri di sekitar pusar.
  • Menghindari kontak langsung dengan air kencing bayi karena air kencing  tersebut adalah salah satu penyebab timbulnya infeksi pada tali pusat bayi. Itu sebabnya, memakaikan popok sekali pakai sebaiknya di bawah pusar.
  • Merawat tali pusat dengan prinsip bersih dan kering. Jadi, saat memandikan bayi, tali pusat juga digosok dengan air dan sabun, lalu dikeringkan dengan handuk bersih terutama daerah tali pusat yang masih berwarna putih di bagian pangkalnya (tali pusat yang bermuara ke perut bayi). Bagian pangkal ini bisa dibersihkan dengan cotton budpovidone yodine) dan biarkan terbuka sehingga cepat mengering, atau dibungkus dengan kasa kering.

orang tua memang perlu waspada ketika muncul gejala-gejala aneh pada tubuh atau kondisi bayi, agar risiko bisa diminimalisir.


Kirim ke Teman
Nama
Email

Pesan
200 karakter tersedia
* Jika Anda telah login, maka email akan terkirim dengan nama Anda
>  Homemade Baby Wipes   6076   
>  Judika Nalom Sihotang   5559   
>  Tanda janin yang sehat   3437   

 

Standar

Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita

LIDRA GUSMANINDRI

13211413

. Definisi
Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Kelainan bawaan dapat dikenali sebelum kelahiran, pada saat kelahiran atau beberapa tahun kemudian setelah kelahiran. Kelainan kongenital dapat merupakan sebab penting terjadinya abortus, lahir mati atau kematian segera setelah lahir. Kematian bayi dalam bulan-bulan pertama kehidupannya sering diakibatkan oleh kelainan kongenital yang cukup berat, hal ini seakan-akan merupakan suatu seleksi alam terhadap kelangsungan hidup bayi yang dilahirkan.
Bayi yang dilahirkan dengan kelainan kongenital besar, umumnya akan dilahirkan sebagai bayi berat lahir rendah bahkan sering pula sebagai bayi kecil untuk masa kehamilannya. Bayi berat lahir rendah dengan kelainan kongenital berat, kira-kira 20% meninggal dalam minggu pertama kehidupannya. Disamping pemeriksaan fisik, radiologi dan laboratorium untuk menegakkan diagnosa kelainan kongenital setelah bayi lahir dikenal pula adanya diagnosis pre/- ante natal kelainan kongenital dengan beberapa cara pemeriksaan tertentu misalnya pemeriksaan ultrasonografi, pemeriksaan air ketuban dan darah janin.
B. Diagnosis
Kelainan kongenital seperti anensefalus, fokomelia ( akibat thalidomide) setelah bayi lahir mudah di diagnosa.
Beberapa pemeriksaan yang dapat membantu diagnosis adalah :
1. Anamnesis tentang kelainan-kelainan dalam keluarga
2. Kelainan dalam kehamilan, misalnya adanya hidramnion, kematian janin dalam rhim, dan sebagainya
3. Pemeriksaan sel-sel dalam air ketuban melalui amniosentesis
4. Pemeriksaan radiologik
5. Ultrasonografi
C. Etiologi
Penyebab langsung kelainan kongenital sering kali sukar diketahui. Pertumbuhan embrional dan fetal dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti faktor genetik, faktor lingkungan atau kedua faktor secara bersamaan.
Beberapa faktor etiologi yang diduga dapat mempengaruhi terjadinya kelainan kongenital antara lain:
1) Kelainan Genetik dan Kromosom
Kelainan genetik pada ayah atau ibu kemungkinan besar akan berpengaruh atas kelainan kongenital pada anaknya. Di antara kelainan-kelainan ini ada yang mengikuti hukum Mendel biasa, tetapi dapat pula diwarisi oleh bayi yang bersangkutan sebagai unsur dominan (“dominant traits”) atau kadang-kadang sebagai unsur resesif. Penyelidikan daIam hal ini sering sukar, tetapi adanya kelainan kongenital yang sama dalam satu keturunan dapat membantu langkah-langkah selanjutya. Dengan adanya kemajuan dalam bidang teknologi kedokteran, maka telah dapat diperiksa kemungkinan adanya kelainan kromosom selama kehidupan fetal serta telah dapat dipertimbangkan tindakan-tindakan selanjutnya. Beberapa contoh kelainan kromosom autosomal trisomi 21 sebagai sindroma down. Kelainan pada kromosom kelamin sebagai sindroma turner.

2) Faktor Mekanik
Tekanan mekanik pada janin selama kehidupan intrauterin dapat menyebabkan kelainan hentuk organ tubuh hingga menimbulkan deformitas organ cersebut. Faktor predisposisi dalam pertumbuhan organ itu sendiri akan mempermudah terjadinya deformitas suatu organ.
3) Faktor Infeksi
Infeksi yang dapat menimbulkan kelainan kongenital ialah infeksi yang terjadi pada periode organogenesis yakni dalam trimester pertama kehamilan. Infeksi pada trimesrer pertama di samping dapat menimbulkan kelainan kongenital dapat pula meningkatkan kemungkinan terjadinya abortus. Sebagai contoh infeksi virus pada trimester pertama ialah infeksi oleb virus Rubella. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menderita infeksi Rubella pada trimester pertama dapat menderita kelainan kongenital pada mata sebagai katarak, kelainan pada sistem pendengaran sebagai tuli dan ditemukannya kelainan jantung bawaan. Beberapa infeksi lain pada trimester pertama yang dapat menimbulkan kelainan kongenital antara lain ialah infeksi virus sitomegalovirus, infeksi toksoplasmosis, kelainan-kelainan kongenital yang mungkin dijumpai ialah adanya gangguan pertumbuhan pada system saraf pusat seperti hidrosefalus, mikrosefalus, atau mikroftalmia.

4) Faktor Obat
Beberapa jenis obat tertentu yang diminum wanita hamil pada trimester pertama kehamilan diduga sangat erat hubungannya dengan terjadinya kelainan kongenital pada bayinya. Salah satu jenis obat yang telah diketahui dagat menimbulkan kelainan kongenital ialah thalidomide yang dapat mengakibatkan terjadinya fokomelia atau mikromelia. Beberapa jenis jamu-jamuan yang diminum wanita hamil muda dengan tujuan yang kurang baik diduga erat pula hubungannya dengan terjadinya kelainan kongenital, walaupun hal ini secara laboratorik belum banyak diketahui secara pasti. Sebaiknya selama kehamilan, khususnya trimester pertama, dihindari pemakaian obat-obatan yang tidak perlu sama sekali; walaupun hal ini kadang-kadang sukar dihindari karena calon ibu memang terpaksa harus minum obat. Hal ini misalnya pada pemakaian trankuilaiser untuk penyakit tertentu, pemakaian sitostatik atau prepaat hormon yang tidak dapat dihindarkan; keadaan ini perlu dipertimbangkan sebaik-baiknya sebelum kehamilan dan akibatnya terhadap bayi.
5) Faktor Umur Ibu
Telah diketahui bahwa mongolisme lebih sering ditemukan pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang mendekati masa menopause. Kejadian mongolisme akan meningkat pada ibu usia di atas 30 tahun dan akan lebih tinggi lagi pada usia 40 tahun ke atas.
6) Faktor hormonal
Faktor hormonal diduga mempunyai hubungan pula dengan kejadian kelainan kongenital. Bayi yang dilahirkan oleh ibu hipotiroidisme atau ibu penderita diabetes mellitus kemungkinan untuk mengalami gangguan pertumbuhan lebih besar bila dibandingkan dengan bayi yang normal.
7) Faktor radiasi
Radiasi pada permulaan kehamiIan mungkin sekali akan dapat menimbulkan kelainan kongenital pada janin. Adanya riwayat radiasi yang cukup besar pada orang tua dikhawatirkan akan dapat mengakibatkan mutasi pada gene yang mungkin sekali dapat menyebabkan kelainan kongenital pada bayi yang dilahirkannya. Radiasi untuk keperluan diagnostik atau terapeutis sebaiknya dihindarkan dalam masa kehamilan, khususnya pada hamil muda.
8) Faktor gizi
Kekurangan beberapa zat yang pnting selama hamil dapat menimbulkan pada janin. Frekuensi kelainan kongenital lebih tinggi pad ibu-ibu dengan gizi yang kurang selama kehamilan. Salah satu zat dalam pertumbuhan janin adalah asam folat. Kekurangan asam folat dapat meningkatkan resiko terjadinya spina bifida atau kelainan tabung saraf lainnya.
9) Faktor-faktor lain
Banyak kelainan kongenital yang tidak diketahui penyebabnya. Faktor janinnya sendiri dan faktor lingkungan hidup janin diduga dapat menjadi faktor penyebabnya. Masalah sosial, hipoksia, hipotermia, atau hipertermia diduga dapat menjadi faktor penyebabnya. Seringkali penyebab kelainan kongenitai tidak diketahui.

D. Macam-Macam Kelainan Kongenital/ Cacat Bawaan Pada Neonatus
1. Encephalocele
Enchepalokel jarang ditemukan, merupakan cacat pada daerah oksipitalØ dimana terjadi penonjolan meningen yang mengandung jaringan otak dan cairan liguor.
Terapi: eksisi kantong dan menyelamatkan sebanyak mungkin jaringan otak kemudian menutup cacat tersebutØ
Perawatan Pra-Bedah: cegah jaringan saraf terpapar yaitu lesiØ ditutupi kassa steril atau kassa yang tidak lengket, pertahankan suhu tubuh, catat aktivitas tungkai dan sfingter anal, catat lingkar kepala, foto tulang belakang, foto lesi.
Perawatan pasca bedah: jamin intake, rawat luka operasi, posisi bayiØ di ubah tiap 1 jam, monitor BAK/ BAB, ukur lingkar kepala tiap hari, beri dukungan bagi orang tua/ penjelasan pada orang tua mengenai kelainan ini.
2. Hidrocephalus
Definisi: keadaan dimana terjadi penimbunan cairan serebrospinalØ dalam ventrikel otak, sehingga kepala menjadi besar. Jumlah cairan bisa mencapai 1,5 liter bahkan ada sampai 5 liter, sehingga tekanan intrakranial sangat tinggi.
Hidroscephalus ada dua, yaitu:Ø
a. Hidrocephalus tak berhubungan (obstruktif) : tekanan CSS meningkat karena aliran CSS dihambat di suatu tempat di dalam sistem ventrikel
b. Hidrosefalus berhubungan (komunikans) : tekanan CSS meningkat karena CSS tidak ventrikel di absorbsi dari ruang subarachnoid, tetap tidak terdapat gangguan dalam sistem.
Penyebab: Obstruksi sirkulasi likuor (sering terdapat pada bayi)Ø yaitu kelainan bawaan, infeksi, perdarahan, sekres yang berlebihan, gangguan reasorbsi likuor.
Gejala klinik: Muntah, Nyeri kepala, kesadaran menurun, kepala besar,Ø sutura tengkorak belum menutup dan teraba melebar, sklera tampak di atas iris (Sunset Sign), ubun-ubun besar melebar atau tidak menutup pada waktunya, dahi tampak melebar dengan kulit kepala yang menipis, tegang dan mengkilat, bola mata terdorong kebawah.
Pemeriksaan yang dilakukan: USG, CT Scan, VentrikulografiØ
Ada tiga prinsip pengobatan hidrosefalus:Ø
a. Mengurangi produksi CSS yaitu merusak sebagian fleksus koroidalis dengan pembedahan. Obat diamox mempunyai khasiat inhibisi pembentukan CSS.
b. Memperbaiki hubungan antara tempat produksi CSS dengan tempat absorbsi yaitu menghubungkan ventrikel dengan subarachnoid.
c. Pengeluaran cairan CSS ke dalam organ ekstrakranial yaitu caara terbaik ke dalam vena jugularis dan jantung melalui kateter yang berventil yang memungkinkan penagliran CSS ke satu arah. Tindakan ini mudah terjadi infeksi sekunder/ sepsis
Penatalaksanaannya:Ø
a. Kesadaran menurun: pasien diberikan makanan melalui sonde, dan secara bertahap jika kesadaran mulai ada dapat diberikan susu per oral.
b. Pasien dipasang infus dengan cairan glukosa (5-10%) dan NaCl 0,9 %
c. Monitor tetesan infus agar tidak terlalu cepat karena dapat menampah tekanan pada otak
d. Kepala pasien harus di alasi bantal yang lembut.
e. Perhatikan agar kulit kepala tetap kering
f. Ubah posisi kepala tiap dua jam, jika tampak kulit kemerahan posisi di ubah tiap satu jam.
g. Jika terjadi lecet beri salep dan tutup dengan kassa
h. Tutup mata dengan kassa steril tiap pasien tidur
i. Jelaskan kepada orang tua bahwa penyakit ini berat dan sukar pengobatannya
j. Jelaskan tentang penyakit anaknya
3. Labioskizis dan Labiopalatoskizis
Celah bibir dan celah langit-langit adalah suatu kelainan bawaan yangØ terjadi pada bibir bagian atas serta langit-langit lunak dan langit-langit keras mulut.
Celah bibir (Labioskizis) adalah suatu ketidaksempurnaan padaØ penyambungan bibir bagian atas, yang biasanya berlokasi tepat di bawah hidung.
Celah langit-langit (palatoskizis) adalah suatu saluran abnormal yangØ melewati langit-langit mulutdan menuju ke saluran udara di hidung.
Etiologi: mungkin mutasi genetik atau teratogen (zat yang dapatØ menyebabkan kelainan pada janin, contohnya virus atau bahan kimia).
Manifestasi klinik: Labioskisis yaitu distorsi pada hidung, tampakØ sebagian atau keduanya dan adanya celah pada bibir. Palatoskisis yaitu tampak ada celah pada palatum, ada rongga pada hidung, distorsi hidung, teraba ada celah atau terbukanya langit-langit saat diperiksa dengan jari, kesukaran dalam menghisap atau makan.
Komplikasi: gangguaan bicara dan pendengaran, terjadinya otitis media, aspirasi, disstress pernapasan.Ø
Penatalaksanaan:Ø
a. Pemenuhan kebutuhan nutrisi dengan posisi kepala bayi sedikit ditegakkan, berikan minum dengan menggunakan sendok atau pipet, cegah bayi tersedak, tepuk punggung bayi setiap 15 mL-30 mL minuman yang diminum, tetapi jangan diangkat dot selama bayi masih mengisap.
b. Jelaskan pada orang tua tentang prosedur operasi, puasa enam jam, pemberian infus, perhatikan keadaan umum bayi.
c. Jelaskan pembedahan pada labio sebelum kecacatan palato, perbaikan dengan pembedahan usia 2-3 hari atau sampai beberapa minggu. Pembedahan pada palato dilakukan pada waktu 6 bulan dan 5 tahun, ada juga antara 6 bulan dan 2 tahun, tergantung pada derajat kecacatan. Untuk menutup celah bibir berdasarkan kriteria rule of ten yaitu umur > 10 minggu (3 bulan), >5 kg, leukosit > 1000/ uL. Cara operasi yang umum dipakai adalah cara mungkin (15-24 bulan) sebelum anak mampu bicara. Awal fasilitas penutupan adalah untuk perkembangan bicara.
d. Prosedur perawatan setelah operasi: rangsangan untuk menelan atau menghisap, dapat menggunakan jari-jari dengan cuci tangan yang bersih atau dot sekitar mulut 7-10 hari, bila sudah toleran berikan minum pada bayi, dan makanan lunak sesuai usia dan dietnya.
e. Peran bidan: memberi dukungan dan keyakinan ibu, menjelaskan pada ibu yang terpenting untuk saat ini, adalah memberi bayi cukup minum untuk memastikan pertumbuhan sampai operasi dapat dilakukan. Apabila hanya labioskiziz dapat menganjurkan ibu untuk tetap menyusui. Apabila kasus labiopalatoskizis pemberian ASI peras untuk memenuhi kevbutuhan nutrisinya. Bila masalah minum teratasi BB naik, rujuk bayi untuk operasi.
4. Atresia esofagus
Atresia esofagus yaitu pada ujung esofagus buntu yang biasanyaØ disertai kelainan bawaan lainnya yaitu kelainan jantung bawaan dan kelainan gastrointestinal.
Etiologi: Tidak diketahui, kemungkinan terjadi secara multifactor. Faktor genetic, yaitu Sindrom Trisomi 21,13, dan 18.Ø
Gambaran klinik : Liur selalu meleleh dari mulut bayi dan berbuih,Ø apabila air liur masuk ke dalam trakea akan terjadi aspirasi
Kelainan bawaan ini biasanya terjadi pada bayi yang baru lahir denganØ kurang bulan. Bayi tersebut sering mengalami sianosis apabila cairan lambung masuk ke dalam paru-paru.
Penatalaksanaan : Dengan operasi, sebelum operasi bayi diletakkanØ setengah duduk untuk mencegah tregurgitas cairan lambung ke dalam lambung. Lakukan pengisapan cairan lambung untuk mencegah aspirasi bayi dirawat dalam inkubator,ubah posisi lebih sering, lakukan pengisapan lendir, rangsang bayi untuk menangis agar paru-paru berkembang.
5. Atresia Ani dan Recti
Definisi : Tidak adanya lubang tetap pada anus atau tidak komplitØ perkembangan embrionik pada distal usus ( anus ) atau tertutupnya secara abnormal.
Penyebab : ketidaksempurnaan proses pemisahan septum anorektal.Ø
Gambaran klinik : bayi muntah-muntah pada 24-48 jam setelah lahir danØ tidak terdapat defekasi mekonium atau urine bercampur mekonium
Atresia Ani terdapat empat golongan yaitu stenisis rektum yang lebihØ rendah atau pada anus, membran anus menetap, anus inperforata dan ujung rektum yang buntu terletak pada macam-macam jarak dari perinium, lubang anus terpisah dengan ujung rektum yang buntu.
Pemeriksaan diagnostik : Yaitu pemeriksaan fisik rektum kepatenanØ rektum dan dapat dilakukan colok dubur dengan menggunakan jari atau termometer yang dimasukkan sepanjang 2 cm ke dalam anus, kalau ada kelainan termometr dan jari tidak dapat masuk. Bila anus terlihat normal dan terdapat penyumbatan lebih tinggi dari perinium, gejala akan timbul dalam 24-48 jam setelah lahir berupa perut kembung, muntah berwarna hijau. Pemeriksaan radiologi untuk mengetahui sampai dimana terdapat penyumbatan.
Penatalaksanaan : Pembedahan yaitu eksisi membran anal, fisula yaituØ dengan kolostomi sementara dan setelah umur 3 bulan dilakukan koreksi sekaligus, dengan mempersiapkan operasi dan penjelasan kepada orang tua mengenai kelainan anaknya serta tindakan yang akan dilakukan. Sebelum pembedahan bayi dipasangi infus, sering diisap cairan lambungnya, dilakukan observasi tanda-tanda vital. Operasi dilakukan dua tahap, yaitu tahap pertama hanya dibuatkan anus buatan dan setelah umur 3 bulan atau lebih dilakukan operasi tahapan kedua. Perawatan pasca operasi yaitu pencegahan infeksi, penjelasan kepada orang tua cara merawat anus buatan dan menganjurkan agar konsultasi secara teratur dan menjaga kesehatan bayi agar dapat di lakukan oprasi tahap kedua tepat pada waktunya.
6. Hirschsprung
Pengertian : suatu kelainan bawaan tidak terbentuknya sel ganglionØ para simpatis dari pleksuss messentrikus / aurebach pada kolon bagian distal
Hirschsprung erbagi dua yaitu segmen pendek : dari anus sampaiØ sigmoid, segmen panjang : kelainan melebihi sigmoid bahkan dapat mengenai seluruh kolon atau usus halus.
Gambaran Klinik : Trias yang sering ditemukan ialah mekonium yangØ lambat keluar ( lebih dari 24 jam ), perut kembung, dan muntah berwarna hijau.
Pemeriksaan colok anus yaitu jari akan merasakan jepitan, dan padaØ waktu ditarik akan diikuti dengan keluarnya udara dan mekonium atau tinja yang menyemprot.
Penatalaksanaan : hanya dengan operasi, atau biasanya pipa rektumØ (merupakan tindakan sementara) dan dilakukan pembilasan dengan air garam fisiologis (bila ada instruksi dokter), memberikan yang bergizi serta mencegah terjadinya infeksi. Masalah utama yang terjadi gangguan defekasi (obstipasi).
7. Spina Bifida
Adalah kelainan bawaan yang terbentuk sejak dalam kandungan. AdaØ sebagian komponen tulang belakang yang tidak terbentuk. Jadi, tidak ada tulang lamina yang menutupi sumsum atau susunan sistem saraf pusat di tulang belakang. Terjadinya kelainan ini, dimulai sejak dalam masa pembentukan bayi dalam kandungan. Terutama pada usia 3-4 minggu kehamilan. Pada masa ini janin sedang dalam pembentukan lempeng-lempeng saraf. Jika saat itu ada gangguan, tulang belakang yang seharusnya menutup jadi tidak menutup. Kemungkinan penyebab gangguan ini adalah ibu hamil kekurangan konsumsi asam folat. Pada proses perkembangan tulang belakang dengan sarafnya itu, awalnya tulang belakang dan sumsum tumbuh di tingkat yang sama. Tapi dalam perkembangannya kemudian, Tulang belakang tumbuh lebih cepat dari sumsum tulang. Kalau ada gangguan pembentukan tulang belakang, perkembangannya jadi tertahan. Karena tulang belakangnya tidak terbentuk, maka sumsum tulang jadi tersangkut pada bagian tulang yang berlubang (defect) tadi, sehingga sumsum tulang keluar dan menonjol. Isinya bisa hanya berupa selaput saraf dengan air saja atau saraf-sarafnya pun ikut keluar dan menonjol. Sebetulnya, kelainan ini bisa dideteksi sejak dalam kandungan lewat pemeriksaan USG atau dengan pemeriksaan cairan amnionnya. Bahkan kalau di luar negeri, bila diketahui si bayi terkena kelainan ini bisa langsung dikoreksi sejak dalam kandungan.
Gambaran klinis : Gejalanya bervariasi, tergantung kepada beratnyaØ kerusakan pada korda spinalis dan akar saraf yang terkena. Beberapa anak memiliki gejala ringan atau tanpa gejala, sedangkan yang lainnya mengalami kelumpuhan pada daerah yang dipersarafi oleh korda spinalis maupun akar saraf yang terkena.
Gejalanya berupa:
a. Penonjolan seperti kantung di punggung tengah sampai bawah pada bayi baru lahir.
b. Jika disinari, kantung tersebut tidak tembus cahaya
c. Kelumpuhan/kelemahan pada pinggul, tungkai atau kaki
d. Penurunan sensasi
e. Inkontinensia uri (beser) maupun inkontinensia tinja
f. Korda spinalis yang terkena rentan terhadap infeksi (meningitis).

Gejala pada spina bifida okulta:
a. Seberkas rambut pada daerah sakral (panggul bagian belakang)
b. Lekukan pada daerah sakrum.
Terdapat beberapa jenis spina bifida:Ø
a. Spina bifida okulta : merupakan spina bifida yang paling ringan. Satu atau beberapa vertebra tidak terbentuk secara normal, tetapi korda spinalis dan selaputnya (meningens) tidak menonjol.
b. Meningokel : meningens menonjol melalui vertebra yang tidak utuh dan teraba sebagai suatu benjolan berisi cairan di bawah kulit.
c. Mielokel : jenis spina bifida yang paling berat, dimana korda spinalis menonjol dan kulit diatasnya tampak kasar dan merah.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.Ø
Pada trimester pertama, wanita hamil menjalani pemeriksaan darah yang disebut triple screen. Tes ini merupakan tes penyaringan untuk spina bifida, sindroma Down dan kelainan bawaan lainnya. 85% wanita yang mengandung bayi dengan spina bifida, akan memiliki kadar serum alfa fetoprotein yang tinggi. Tes ini memiliki angka positif palsu yang tinggi, karena itu jika hasilnya positif, perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk memperkuat diagnosis. Dilakukan USG yang biasanya dapat menemukan adanya spina bifida.
Kadang dilakukan amniosentesis (analisa cairan ketuban). Setelah bayi lahir, dilakukan pemeriksaan berikut:
a. Rontgen tulang belakang untuk menentukan luas dan lokasi kelainan.
b. USG tulang belakang bisa menunjukkan adanya kelainan pda korda spinalis
maupun vertebra.
c. CT scan atau MRI tulang belakang kadang dilakukan untuk menentukan lokasi dan luasnya kelainan.
Penatalaksanaan :Ø
a. Resiko terjadinya spina bifida bisa dikurangi dengan mengkonsumsi asam folat. Kekurangan asam folat pada seorang wanita harus dikoreksi sebelum wanita tersebut hamil, karena kelainan ini terjadi sangat dini. Kepada wanita yang berencana untuk hamil dianjurkan untuk mengkonsumsi asam folat sebanyak 0,4 mg/hari. Kebutuhan asam folat pada wanita hamil adalah 1 mg/hari.
b. Biasanya kalau ada kelainan bawaan yang berat dan dapat mengancam nyawa si bayi, maka begitu lahir sudah disiapkan tim dokter untuk menanganinya. Misalnya dari bedah saraf, bedah anak, ortopedi, dan dokter saraf anak. Terlebih bila spina bifidanya terbuka dan terjadi kebocoran, maka harus segera ditutup lewat operasi. Karena bagaimanapun, tidak bisa dibiarkan adanya hubungan dunia luar dengan susunan saraf pusat. Tindakan operasi yang dilakukan pun memiliki beberapa tujuan, yaitu untuk penutupan kalau ada defect atau kalau ada hubungan langsung susunan saraf pusat dengan dunia luar. Selain itu, tujuan utama lainnya adalah operasi untuk membebaskan jaringan saraf bila mungkin ada yang menyangkut di tulang belakang yang defect (berlubang).
c. Bila kelainan spina bifidanya terbuka luas, bayi harus dirawat di rumah sakit dan tidak dibolehkan pulang. “Sebab, ia termasuk bayi berisiko tinggi.” Sementara pada spina bifida yang dilapisi oleh kulit yang normal, bisa didiamkan saja, tanpa perlu tindakan operasi. “Bisa dibawa pulang dan kontrol 3-5 bulan, asalkan dihindari dari cedera seperti jatuh atau terbentur.
d. Bila spina bifida disertai dengan hidrosefalus sebaiknya dilakukan terlebih dulu pemasangan ‘selang’ atau VP shunt (pintas dari rongga cairan otak ke perut). Kalau tidak, tekanan cairan dari otak akan tinggi terus. Akibatnya, seringkali bocor dan merembes. Dengan pemasangan selang, cairan otak dialirkan ke rongga perut sehingga tekanan cairan pun tidak terlalu tinggi. Kalau tidak dipakaikan selang, lama-lama kepala anak akan terus membesar karena cairan otak akan bertambah atau berproduksi terus. Pertumbuhan jaringan otak pun akan tertekan dan kalau dibiarkan terus, bisa menjadi tipis.
e. Kalaupun ada penundaan operasi, misal karena kondisi si anak tak memungkinkan, untuk sementara waktu diberikan obat-obatan. Terutama untuk mengurangi produksi cairan otaknya. Selain berusaha secepat mungkin melakukan tindakan sampai kondisinya memungkinkan. Kalau tidak, akan mengalami masalah di atas meja operasi atau sesudahnya.” Pemberian obat-obatan pun diberikan setelah atau segera sebelum operasi.
f. Sebelum melakukan tindakan pun, biasanya kondisi sarafnya dinilai lebih dahulu, apakah masih berfungsi atau tidak. Misalnya, apakah anak mengalami kelumpuhan atau tidak. Lalu, apakah ia bisa menahan pipis atau tidak. Jika ternyata saraf sudah tak berfungsi, Jadi, tindakan operasi dilakukan menurut kaidah-kaidah yang berlaku dalam ilmu bedah anak. Selain itu, dicari waktu yang terbaik untuk melakukan operasi. Kalau pada usia anak yang lebih besar, lebih mudah untuk diambil tindakan karena fungsi organ tubuhnya sudah matang. Sementara pada bayi, sangat riskan.
g. Selain pengobatan dengan tindakan operasi, juga dilakukan stimulasi fisioterapi dan rehabilitasi medik untuk melatih motoriknya. Misalnya dengan menggerakan otot-ototnya supaya tidak lemah. Jadi, fungsi-fungsi saraf yang ada harus dilatih semaksimal mungkin. Termasuk melatih BAB dan BAK. Ini amat penting mengingat tidak mungkin untuk membuat saraf baru.
8. Omfalokel (amniokel = Eksomfalokel)
Penyebabnya adalah kegagalan alat pada dalam kembali ke ronggaØ abdomen pada waktu janin berumur 10 minggu hingga menyebabkan timbulmya omfalokel. Kelainan dengan adanya sembulan dari kantong yang berisi usus dari visera abdomen melalui defek dinding abdomen pada umbikalis dan terlihat menonjol. Angka kematian ini tinggi bila omfalokel besar karena kantong dapat pecah dan terjadi infeksi.
Masalah yang dapat terjadi adalah potensial infeksi, sebelum operasiØ bila kantong belum pecah, dioleskan merkurokrum setiap hari untuk mencegah infeksi. Setelah diolesi diolesi dengan kasa steril, diatasnya ditutupi lagi dengan kapas agak tebal baru dipasang gurita.
Penatalaksanaan : Operasi segera dilakukan setelah lahir, tetapiØ mengingat bahwa memasukkan semua usus dan alat visera sekaligus ke dalam rongga abdomenakan menimbulkan tekanan yang mendadak pada paru hingga timbul gangguan pernapasan, maka biasanya operasi ditunda beberapa bulan.
9. Hernia Diafragma
Terjadi karena terbentuknya sebagian diafragma sehingga isi perutØ masuk kedalam rongga toraks. Kelainan yang sering ditemukan ialah penutupan tidak sempurna dari sinus pleuroperitoneal yang terletak pada bagian posrero lateral dari diafragma.
Gejala tergantung kepada banyaknya isi perut yang masuk kedalamØ toraks, akan timbul gejala gangguan pernapasan seperti sianosis, sesak napas, retaraksi sela iga dan sublateral, perut kecil dan cekun, suara napas tidak terdengar pada paru yang terdesak pada bunyi jantung lebih jelas pada bagian yang berlawanan oleh karena didorong oleh isi perut.
Diagnosis adalah dengan membuat foto toraks.Ø
Tindakan dengan operasi, sebelumnya dilakukan tindakan pemberianØ oksigen bila bayi tampak sianosi, kepala dan dada harus lebih tinggidari pada dada dan perut, yaitu agar tekanan dari isi perut terhadap paru berkurang dan membbiarkan daifragma bergerak dengan bebas. Posisi ini juga dilakukan setelah operasi.

10. Atresia Koane
Penutupan satu atau kedua saluran hidung oleh karena kelainanØ pertumbuhan tulang- tulang dan jaringan ikat. Bayi akan sukar bernafas dan minum. Atresia unilateral tidak memerlukan tindakan bedah segera, tetapi bila bilateral harus dilakukan tindakan operatif.
11. Obstruksi Usus
Pada bayi yang di lahirkan oleh ibu dengan hidroamnion, harusØ dilakukan dengan tindakan pemasukan pipa melalui mulut kelambung. Untuk mengetahui ada tidaknya atresia esofagus, bila dapatn mencapai bila dapat mencapai lambung dan cairan lambung dapat diisap lebih dari 15 ml, dapat diduga mungkin terdapat obstruksi usus letak tinggi, obstruksi dapat terjadi pada usus halus dan usus besar yang dapat di sebabkan atresia, stenosis atau malrotasi.
Gejala umum yang terjadi muntah berwarnah hijau atau kuning coklat,Ø perut membuncit, kadang-kadang tampak gerakan peristaltikdan terdapat obstipasi.
Penatalaksaan: dipuaskan, pemberian cairan dan elektrolit denganØ parenteral, pengosongan lambung dan usus dengan cara mengisapnya terus menerus, operasi sesuai dengan letak obstruksi
Penyakit ini merupakan penyakit bawaan yang di sebabkan disfungsiØ umum kelenjar eksokrim pancreas. kedaan ini menyababkan berkurangnya enzim pangkreas yant mengalir kelumen usus halus sehingga isi usus halus menjadi kental dan menumbat lumen usus.
12. Atresia Duodeni
Biasanya terjadi dibawah ampula vateri, muntah terjadi beberapa jamØ sesudah kelahiran. Perut dibagian epigastrium tampak membuncit sesaat sebelum muntah. Muntah mungkin projektil dan berwarnah hijau.
Foto abdomen dalam posisi tegak akan memperlihatkan pelebaran lambungØ dan bagian proksimal duodenum tampa adanya udara dibagian lain usus.
Pengobatan ialah dengan oprasi. Sebelum operasi dilakukan hendaknyaØ lambung dikosongkan dan diberikan cairan intaravena untuk memperbaiki gangguan air dan elektrolit yangb terjadi.
13. Hipospadia
Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan dimana metus eksternaØ terletak dipermukaan ventral penis dan lebih proksimaldari tempatnya yang normal (ujung glan penis)
Etiologi: maskulinisasi inkomplit dari genetalia karenainvolusi yang prematur dari sel interstisial testisØ
Manifestas klinik: penis melengkung kearah bawah hal ini disebabkanØ adanya chordee yaitubsuatu jaringan fibrosa yang menyebar mulai dari meatus uretra yaitu tipe glandula, distal penila, penila, penoskrotal, scrotal dan parienal.
Penatalaksanaan: operasi yang terdiri dari beberapa tahap yaituØ operasi pelepasan chordee dan tunneling dilakukan pada glans penis dan muaranya, bahan untuk menutup luka eksisichordee dan pembuatan tunneling diambil dari preputium penis bagian dorsal. Oleh karena itu hipospadia merupakan kontra indikasi mutlak untuk sirkumisi. Operasi uretroplasti, biasanya dilakukan 6 bulan setelah operasi pertama uretra dibuat dari kulit penis bagian ventral yang diinsisi secara longitudional paralel dikedua sisis.
14. Fimosis
Pengertian fimosis adalah penyempitan pada preposium, kelainan yang menyebabkan bayi atau anak sukar berkemih.Ø
PenyebabØ
Adanya smegma pada ujung prepusium yang menyulitkan bayi berkemih
Tanda dan gejalaØ
Kulit prepusium menggelembung seperti balon dan bayi / anak menangis keras sebelum urine keluar.
PenangananØ
Untuk menolongnya dapat dicoba dengan melebarkan lobang preposium dengan cara mendorong kebelakang kulit prepesium tersebut dan biasanya akan terjadi luka. Untuk mencegah infeksi dan agar luka tidak merapat lagi pada luka tersebut dioleskan salep antibiotik. Tindakan ini mula-mula dilakukan oleh dokter selanjutnya dirumah orangtua sendiri di minta melakukannya seperti dilakukan oleh dokter ( pada orang barat sunat dilakukan pada seorang laki-laki kerioka masih dirawat/ketika baru lahir. Tindakan ini dimaksudkan untuk kebersihan /mencegah infeksi karena adanya spegma bukan karena keagamaan. Setiap memandikan bayi hendaknya preposium didorong kebelakang kemudian ujungnya dibersihkan dengan kapas yang telah dijelang dengan air matang.
15. Epispadia
Pengertian : Suatu kelainan bawaan pada bayi laki-laki, dengan lubangØ uretra terdapat bagian punggung penis atau uretra tidak berbentuk tabung, tetapi terbuka.
Jenis: lubang uretra terdapat dipuncak kepala penis,seluruh uretraØ terbuka disepanjang penis, seluruh uretra terbuka dan lubang kandung kemih terdapat pada dinding perut.
Gejala: lubang uretra terdapat dipunggung penisØ
Diagnosis : untuk melihat beratnya epispadia, dilakukan pemeriksaan berikut radiologis, USG system kemih kelamin.Ø
Penangannan: melalui pembedahanØ

16. Kelainan Jantung Kongenital
Penyakit jantung kongenital atau penyakit jantung bawaan adalahØ gangguan atau kelainan organ jantung saat lahir dan merupakan salah satu penyebab kematian terbesar akibat dari kelainan saat lahir pada tahun pertama kehidupan.
Penelitian membuktikan bahwa mutasi genetik, factor lingkungan,Ø infeksi saat kehamilan, dan keracunan dapat menyebabkan atau berperan di dalam gangguan pembentukan jantung. Meskipun begitu, terdapat beberapa kelainan bawaan yang tidak diketahui penyebabnya.
Pembentukan sistim kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah)Ø dimulai pada minggu ketiga pertumbuhan janin. Sirkulasi janin akan berkembang sehingga janin dapat tumbuh dan berkembang di dalam rahim dengan menggunakan plasenta (ari-ari) sebagai sumber dari nutrisi, oksigen, dan pembuangan sisa metabolisme.
Pemakaian obat tertentu pada kehamilan trimester pertama berperanØ dalam terjadinya kelainan jantung bawaan (misalnya obat anti kejang fenitoin, talidomid, dan obat kemoterapi). Penyebab lainnya adalah pemakaian alcohol, rubella, dan Diabetes selama hamil.
17. Kelainan Metabolik dan Endokrin
PengertianØ
Merupakan gangguan metabolisme ataupun endokrin yang terjadi pada bayi baru lahir.
Klafikasi dan penyebabØ
Gangguan metabolik yaitu:ü
• Hipertermia
• Hipotermia
• Edema, terdapat pada 150 imunisasi rhesus berat pada bayi dari ibu penderita DM.
• Tetani, biasanya ditemukan pada hipoparatiroidisme fisiologik sepintas yaitu karena berkurangnya kesanggupan ginjal untuk mengsekresikan fosfat pada bayi yang mendapat susu buatan dan bayi dari ibu penderita DM atau pra DM.
Gangguan endokrin yaitu :ü
1. Hipoplasia adrenal congenital disebabkan oleh kekurangan ACTH sebagai akibat dari hipoplasia kelenjar pituitary hipofungsi hipothalamus pada masa kritis embrio genesis
2. Perdarahan adrenal, disebabkan oleh trauma lahir, misalnya lahir dengan letak sungsang.
3. Hipoglikemia yaitu dimana kadar gula darah kurang dari 30 mg% pada bayi cukup bulan dan kurang dari 20 mg % pada BBLR
4. Defesiensi tiroid, terjadi secara genetik yaitu sebagai kretinisme, tetapi juga terdapat pada bayi yang ibunya mendapatkan pengobatan toiurasil atau derivatnya waktu hamil
5. Hipertirodisme sementara, dapat dilihat pada bayi dari ibu penderita hipertioidisme atau ibu yang mendapat obat tiroid pada waktu hamil.
6. Gondok congenital disebabkan oleh kekurangan yodium dan terdapat didaerah gondok yang endemik
7. Hiperplasia adrenal disebabkan karena peninggian kadar kalium dan penurunan kadar natrium dalam serum
Tanda dan gejalaØ
• Untuk hipotermia akut yaitu lemah, gelisah,pernafasan dan bunyi jantung lambat dan kedua kaki dingin.
• Untuk cold injury yaitu lemah, tidak mau minum, badan dingin, oliguria, suhu tubuh 29,5 oC – 35 oC. gerakan sangat kurang ; muka,kaki,tangan, dan ujung hidung merah seolah-olah bayi dalam keadaan sehat; pengerasan jaringan subkitis atau edema.
• Tetani, yaitu mudah terangsang, muscular twicthing ; tremor dan kejang.
• Hipoplasia adrenal congenital , yaitu, lemah, muntah, diare, malas minum, dehidrasi.
• Perdarahan adrenal yaitu / renjatan nadi lemah dan cepat , pucat, dingin.
• Defesiensi tiroid yaitu konstipasi ikterus yang lemah ekstremitas dingin dan pada kulit terdapat bercak yang menetap.
• Hipertiroidisme sementara yaitu gelisah, mudah terserang, hiperaktif , eksoftalamus, takikardia dan takipnu.
• Gondok kongenital yaitu pembebasan pembebasan kelenjar , tiroid yang dapat menimbulkan gejala gangguan pernapasan dan dapat menyebabkan kematian ;hiporekstensi
PenangananØ
• Hipertermia yaitu/ dengan memperbaiki suhu lingkungan dan atau pengobatan terhadap infeksi
• Hipotermia yaitu/dengan segera memesukkan bayi kedalam incubator yang suhu nya telah diatur menurut kebutuhan bayi dan dalam keadaan telanjang supaya dapat diawasi dengan teliti
• Hipotermia sekunder yaitu/dengan mengobati penyebabnya misalnya dengan pemberian antibiotika,larutan glukosa,o2 dan sebagainya.
• Cold injury yaitu/dengan memenaskan bayi secara perlahan-lahan,antibiotika, larutan glukosa,o2 dan sebagainya.
• Tetani yaitu/dengan memberikan larutan kalsium glukonat 10 % sebanyak 5:10ml IV dengan perlahan-lahan dan dengan pengawasan yang baik terhadap denyut jantung.
• Hipertiroidisme sementara yaitu dengan memberikan larutan lugol sebanyak 1 tetes 3-6 kali/sehari atau propiltiorasil atau metimasol, pemberian cairan secara IV, sedativum dan digitalis bila terdapat tanda gagal jantung.
• Gondok congenital yaitu dengan pengangkatan sebagai kelenjar tiroid dengan disertai pemberian hormone tiroid bila terdapat gejala penyumbatan jalan nafas yang berat.
• Hipoplasia adrenal kongenita yaitu dengan pemberian larutan garam NaCL,deksoksikortikosteron dan asetat .
• Hiperplasia adrenal yaitu/dengan memberikan larutan garam NaCL 0,9% ta mbah larutan glukosa seta pemberian kortikosteroid dosis tinggi.
• Perdarahan adrenal yaitu/ dengan memberikan transfuse darah dan hidrokortison
• Hipoglikemia yaitu / dengan menyuntikkan larutan glukosa 15-20 % sebanyak 4 ml/kg BB melalui ke vena perifer.
E. Pencegahan Kelainan Kongenital/ Cacat Bawaan pada Neonatus

Beberapa kelainan bawaan tidak dapat dicegah, tetapi ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi resiko terjadinya kelainan bawaan terutama ibu dengan kehamilan di atas usia 35 tahun:
• Tidak merokok dan menghindari asap rokok
• Menghindari alkohol
• Menghindari obat terlarang
• Memakan makanan yang bergizi dan mengkonsumsi vitamin prenatal
• Melakukan olah raga dan istirahat yang cukup
• Melakukan pemeriksaan prenatal secara rutin
• Mengkonsumsi suplemen asam folat
• Menjalani vaksinasi sebagai perlindungan terhadap infeksi
• Menghindari zat-zat yang berbahaya.
Meskipun bisa dilakukan berbagai tindakan untuk mencegah terjadinya kelainan bawaan, ada satu hal yang perlu diingat yaitu bahwa suatu kelainan bawaan bisa saja terjadi meskipun tidak ditemukan riwayat kelainan bawaan baik dalam keluarga ayah ataupun ibu, atau meskipun orang tua sebelumnya telah melahirkan anak-anak yang sehat.

Standar

CARA MENGHINDARI ROBEKAN SAAT MELAHIRKAN

LIDRA GUSMANINDRI

13211413

Sebenernya, tidak semua Ibu yang melahirkan dengan Persalinan Normal terutama pada anak Pertama mengalami robekan pada jalan lahirnya. Jadi tidak semua Ibu yang melahirkan normal harus dijahit pada bagian kewanitaannya. Penjahitan dilakukan pada Ibu yang mengalami robekan jalan lahir saja.

Yang mengalami penjahitan jalan lahir, ga hanya Ibu2 dengan anak pertama, tapi anak kedua dan ketiga-pun kalau liang vaginanya kaku, kurang rileks atau bayinya terlalu besar, juga bisa mengalami penjahitan jalan lahir. Tapi banyak juga, pasien saya Ibu bersalin anak pertama dengan vagina utuh tanpa lecet sedikitpun, kalu yang ini kelenturan vagina sangat mendukung.

TIPS Menghindari robekan jalan Lahir :    Sering2 latihan

1. KEGEL biar liang vagina lebih lentur dan lunak.

2. Sering jongkok, agar paha, panggul serta bagian kewanitaan lebih terlatih.

3. Bayi tidak terlalu besar

4. Sabar dan ga keburu-buru mengejan saat persalinan berlangsung, biarkan kepala bayi turun dengan santai, pasti dan tidak membuat robekan pada jalan lahir.

5. Saat Persalinan, rileks, tidak tegang, tersenyum dan melemaskan rahang mulut bagian bawah, karena ada hubungan antara rahang bawah dengan vagina.

6. Yang paling penting !!! Saat persalinan, jangan angkat pantat anda ke kanan dan kekiri, letakkan saja pantat anda di tempat tidur. Tetap tenang dan terkendali, mintapada penolong persalinan anda agar mengingatkan anda.

7. terakhir  dari pihak penolong persalinan, bila si penolong sabar, dan menahan perineum (bag,kewanitaan anda) dengan kuat dan terkendali, sangat dmungkinkan anda tidak mengalami robekan. Keterampilan sangat dibutuhkan disini.

Berikut ini ada beberapa tips agar robekan vagina tidak besar saat melahirkan dan tidak perlu dijahit :

  1. Berbaring dengan posisi yang nyaman.
  2. Buka secara lebar kedua paha agar memudahkan bayi lahir.
  3. Pandangan mata melihat kearah pusat.
  4. Mengedan saat kontraksi saat kuat.
  5. Tarik nafas panjang-panjang saat kontraksi hilang agar dapat mengumpulkan tenaga dengan baik.
  6. Atur nafas yang baik sebelum mengedan dan jangan tergopoh-gopoh.
  7. Mengedanlah seperti akan buang air besar yang keras dan sulit sehingga tidak salah saat mengedan.
  8. Mengedan yang baik akan terasa diperut dan kepala bayi akan maju dengan sendirinya.
  9. Jangan mengedan dileher karena akan membuang tenaga secara sia-sia
  10. Jangan pernah mengangkat bokong atau pantat saat akanmengedan, sebab jika bokong terangkat maka robekan akan menjadi besar hingga ke anus.
  11. Jika terasa lelah segera minum agar tenaga dapat terkumpul.
Standar

Proses Mekanisme Produksi ASI dan Faktor Yang Mempengaruhi Produksinya

LIDRA GUSMANINDRI

13211413

Menyusui adalah proses pemberian susu kepada bayiatau anak kecil dengan air susu ibu (ASI) dari payudara ibu. Bayi menggunakan refleks menghisap untuk mendapatkan dan menelan susu.Bukti eksperimental menyimpulkan bahwa air susu ibu adalah gizi terbaik untuk bayi. Para pakar masih memperdebatkan seberapa lama periode menyusui yg paling baik  dan seberapa jauh risiko penggunaan susu formula

Seorang bayi dapat disusui oleh ibunya sendiri atau oleh wanita lain. ASI juga dapat diperah dan diberikan melalui alat menyusui lain seperti botol susu, cangkir, sendok, atau pipet. Susu formula juga tersedia untuk para ibu yang tidak bisa atau memilih untuk tidak menyusui, namun para ahli sepakat bahwa kualitas susu formula tidaklah sebaik ASI . Di banyak negara, pemberian susu formula terkait dengan tingkat kematian bayi akibat diare , tetapi apabila pembuatannya dilakukan dengan hati-hati menggunakan air bersih, pemberian susu formula cukup aman.

Pemerintah dan organisasi internasional sepakat untuk mempromosikan menyusui sebagai metode terbaik untuk pemberian gizi bayi setidaknya tahun pertama dan bahkan lebih lama lagi, antara lain WHO, American Academy of Pediatrics, dan Departemen Kesehatan.

Laktasi 

Ketika bayi menghisap payudara, hormon yang bernama oksitosin membuat ASI mengalir dari dalam alveoli, melalui saluran susu (ducts/milk canals) menuju reservoir susu {sacs} yang berlokasi di belakang areola, lalu ke dalam mulut bayi. Proses produksi, sekresi, dan pengeluaran ASI dinamakan laktasi.

Pengaruh Hormonal

Mulai dari bulan ketiga kehamilan, tubuh wanita memproduksi hormon yang menstimulasi munculnya ASI dalam sistem payudara:

  • Progesteron: mempengaruhi pertumbuhan dan ukuran alveoli. Tingkat progesteron dan estrogen menurun sesaat setelah melahirkan. Hal ini menstimulasi produksi secara besar-besaran
  • Estrogen: menstimulasi sistem saluran ASI untuk membesar. Tingkat estrogen menurun saat melahirkan dan tetap rendah untuk beberapa bulan selama tetap menyusui Karena itu, sebaiknya ibu menyusui menghindari KB hormonal berbasis hormon estrogen, karena dapat mengurangi jumlah produksi ASI.
  • Follicle stimulating hormone (FSH)
  • Luteinizing hormone (LH)
  • Prolaktin: berperan dalam membesarnya alveoil dalam kehamilan.
  • Oksitosin: mengencangkan otot halus dalam rahim pada saat melahirkan dan setelahnya, seperti halnya juga dalam orgasme. Setelah melahirkan, oksitosin juga mengencangkan otot halus di sekitar alveoli untuk memeras ASI menuju saluran susu. Oksitosin berperan dalam proses turunnya susu let-down / milk ejection reflex.
  • Human placental lactogen (HPL): Sejak bulan kedua kehamilan, plasenta mengeluarkan banyak HPL, yang berperan dalam pertumbuhan payudara, puting, dan areola sebelum melahirkan.

Pada bulan kelima dan keenam kehamilan, payudara siap memproduksi ASI. Namun, ASI bisa juga diproduksi tanpa kehamilan (induced lactation).

Laktogenesis I

Pada fase terakhir kehamilan, payudara wanita memasuki fase Laktogenesis I. Saat itu payudara memproduksi kolostrum, yaitu berupa cairan kental yang kekuningan. Pada saat itu, tingkat progesteron yang tinggi mencegah produksi ASI sebenarnya. Tetapi bukan merupakan masalah medis apabila ibu hamil mengeluarkan (bocor) kolostrum sebelum lahirnya bayi, dan hal ini juga bukan indikasi sedikit atau banyaknya produksi ASI sebenarnya nanti.

Laktogenesis II

Saat melahirkan, keluarnya plasenta menyebabkan turunnya tingkat hormon progesteron, estrogen, dan HPL secara tiba-tiba, namun hormon prolaktin tetap tinggi. Hal ini menyebabkan produksi ASI besar-besaran yang dikenal dengan fase Laktogenesis II.

Apabila payudara dirangsang, level prolaktin dalam darah meningkat, memuncak dalam periode 45 menit, dan kemudian kembali ke level sebelum rangsangan tiga jam kemudian. Keluarnya hormon prolaktin menstimulasi sel di dalam alveoli untuk memproduksi ASI, dan hormon ini juga keluar dalam ASI itu sendiri. Penelitian mengindikasikan bahwa level prolaktin dalam susu lebih tinggi apabila produksi ASI lebih banyak, yaitu sekitar pukul 2 pagi hingga 6 pagi, namun level prolaktin rendah saat payudara terasa penuh.

Hormon lainnya, seperti insulin, tiroksin, dan kortisol, juga terdapat dalam proses ini, namun peran hormon tersebut belum diketahui. Penanda biokimiawi mengindikasikan bahwa proses laktogenesis II dimulai sekitar 30-40 jam setelah melahirkan, tetapi biasanya para ibu baru merasakan payudara penuh sekitar 50-73 jam (2-3 hari) setelah melahirkan. Artinya, memang produksi ASI sebenarnya tidak langsung setelah melahirkan.

Kolostrum dikonsumsi bayi sebelum ASI sebenarnya. Kolostrum mengandung sel darah putih dan antibodi yang tinggi daripada ASI sebenarnya, khususnya tinggi dalam level immunoglobulin A (IgA), yang membantu melapisi usus bayi yang masih rentan dan mencegah kuman memasuki bayi. IgA ini juga mencegah alergi makanan. Dalam dua minggu pertama setelah melahirkan, kolostrum pelan pelan hilang dan tergantikan oleh ASI sebenarnya.

Laktogeneses III

Sistem kontrol hormon endokrin mengatur produksi ASI selama kehamilan dan beberapa hari pertama setelah melahirkan. Ketika produksi ASI mulai stabil, sistem kontrol autokrin dimulai. Fase ini dinamakan Laktogenesis III.

Pada tahap ini, apabila ASI banyak dikeluarkan, payudara akan memproduksi ASI dengan banyak pula. Penelitian berkesimpulan bahwa apabila payudara dikosongkan secara menyeluruh juga akan meningkatkan taraf produksi ASI. Dengan demikian, produksi ASI sangat dipengaruhi seberapa sering dan seberapa baik bayi menghisap, dan juga seberapa sering payudara dikosongkan.

Produksi ASI yang rendah adalah akibat dari:

  • Kurang sering menyusui atau memerah payudara
  • Apabila bayi tidak bisa menghisap ASI secara efektif, antara lain akibat:
    • Struktur mulut dan rahang yang kurang baik
    • Teknik perlekatan yang salah
  • Kelainan endokrin ibu (jarang terjadi)
  • Jaringan payudara hipoplastik
  • Kelainan metabolisme atau pencernaan bayi, sehingga tidak dapat mencerna ASI
  • Kurangnya gizi ibu

Menyusui setiap dua-tiga jam akan menjaga produksi ASI tetap tinggi. Untuk wanita pada umumnya, menyusui atau memerah ASI delapan kali dalam 24 jam akan menjaga produksi ASI tetap tinggi pada masa-masa awal menyusui, khususnya empat bulan pertama. Bukanlah hal yang aneh apabila bayi yang baru lahir menyusui lebih sering dari itu, karena rata-ratanya adalah 10-12 kali menyusui tiap 24 jam, atau bahkan 18 kali. Menyusui on-demand adalah menyusui kapanpun bayi meminta (artinya akan lebih banyak dari rata-rata) adalah cara terbaik untuk menjaga produksi ASI tetap tinggi dan bayi tetap kenyang . Tetapi perlu diingat, bahwa sebaiknya menyusui dengan durasi yang cukup lama setiap kalinya dan tidak terlalu sebentar, sehingga bayi menerima asupan foremilk dan hindmilk secara seimbang

let-down reflex

Keluarnya hormon oksitosin menstimulasi turunnya susu (milk ejection / let-down reflex). Oksitosin menstimulasi otot di sekitar payudara untuk memeras ASI keluar. Para ibu mendeskripsikan sensasi turunnya susu dengan berbeda-beda, beberapa merasakan geli di payudara dan ada juga yang merasakan sakit sedikit, tetapi ada juga yang tidak merasakan apa-apa. Refleks turunnya susu tidak selalu konsisten khususnya pada masa-masa awal. Tetapi refleks ini bisa juga distimulasi dengan hanya memikirkan tentang bayi, atau mendengar suara bayi, sehingga terjadi kebocoran. Sering pula terjadi, payudara yang tidak menyusui bayi mengeluarkan ASI pada saat bayi menghisap payudara yang satunya lagi. Lama kelamaan, biasanya setelah dua minggu, refleks turunnya susu menjadi lebih stabil.

Refleks turunnya susu ini penting dalam menjaga kestabilan produksi ASI, tetapi dapat terhalangi apabila ibu mengalami stres. Oleh karena itu sebaiknya ibu tidak mengalami stres.

Refleks turunnya susu yang kurang baik adalah akibat dari puting lecet, terpisah dari bayi, pembedahan payudara sebelum melahirkan, atau kerusakan jaringan payudara. Apabila ibu mengalami kesulitan menyusui akibat kurangnya refleks ini, dapat dibantu dengan pemijatan payudara, penghangatan payudara dengan mandi air hangat, atau menyusui dalam situasi yang tenang.

Standar

HIPOTERMI PADA NEONATUS

Pada dasarnya neonatus adalah hematerm, artinya suhu tubuhnya tetap stabil meskipun terdapat perubahan suhu di sekitarnya.

Akan tetapi kalau perubahan ini berlebihan, makakemampuan untuk mempertahankan suhu tubuh ini menghilang, sehingga timbulllah hipotermi

Suhu tubuh rendah(hipotermi) disebabkan karena terpapar dengan lingkungan yang dingin (suhu lingkungan rendah,permukaan yang dingin atau basah) atau bayi dalam kaadaan basah atau tidak berpakaian.

Pengertian

Hipotermi adalah penurunan suhu tubuh di bawah 36,5◦c, pengukuran dilakukan diketiak dilakukan selam 3-5 menit (depkes)

Hipotermi pada neonates adalah suatu kaadaan dimana terjadi penurunan suhu tubuh yang di sebabkan oleh berbagai kaadaan, terutama karena tingginya konsumsi oksigen dan penurunan suhu ruang(bamgun lubis,2005)

Prinsip dasar

  • Hipotermi sering terjadi pada neunatus terutama pada BBLR karena pusat pengaturan suhu tubuh bayi yang belum sempurna.
  • Suhu tubuh rendah disebabkan oleh karena terpaparnya dengan lingkungan yang dingin(suhu lingkungan rendah, permukaan dingin atau basah) atau bayi dalam kaadaan basah atau tidak berpakaian.
  • Hipotermi merupakan suatu tanda bahaya karena dapat menyebabkan terjadinya perubahan metabolism tubuh yang akan berakhir dengan kegagalan fungsi jantung, paru dan kematian.

Mekanisme kehilangan panas

Evaporasi:kehilangan panas dengan cara

  • Penguapan air dari permukaan kulit yang masih basah dan
  • Dari uap air yang keluar dengan pemanasan

Pencegahan:

  • Mengeringkan tubuh bayi
  • Meningkatkan kelembaban udara sekitar tubuh

KONVEKSI kehilangan panas dan molekul tubuh yang di sebabkan oleh perpindahan udara.

  • Konveksi bebas: udara yang panas dari tubuh akan bergerak ke atas
  • Konveksi lainnya: misalnya kipas angin

Pencegahan:

Jagna meletakkan bayi dekat jendela yang terbuka

Jangna menimbulkan aliran udara dengan hilir mudik di dekat bayi

KONDUKSI kehilangan panas dari molekul tubuh ke molekul suatu benda yang lebih dingin yang bersentuhan dengan tubuh

Pencegahan

Meletakkan bayi pada alat yang hangat

RADIASI kehilangan panas dalam bentuk glombang elektromagnetik kepermukaan benda lain yang tidak bersentuhan langsung dengan tubuh. Tidak bergantung pada suhu udara sekelilingnya.

Pencegahan:

Membungkus bayi dengan kain atau mentup dengan pelastik(jangan menyentuh tubuh).

Perangsang reseptor di kulit→hypothalamus→pelepasan non epinefrin dari ujung saraf simpatis dan medulla kel. adrenalin→aktivasi lipase jaringan→pemecahan trigliserid FFA dan gliserol.

FFA di oksidasi→pembentukan panas

Memerlukan suplai oksigen dan glukosa intuk reaksi metabolism ini

Klasifikasi hipotermi

anamnesis pemeriksaan klasifikasi
–        Bayi terpapar suhu lingkungan yang rendah

Waktu tumbulnya <2 hari

–        Suhu 32◦c-36,4◦c

–        Gangguan nafas

–        Denyut jantung <100x/menit

–        Malas minum letargis

Hipotermi sedang
·       Tidak terpapar dengan dingin atau panas yang berlebihan ·       Suhu tubuh antara 36-39◦c meskipun berada di suhu lingkungan yang setabil

·       Terjadi sesudah periode suhu stabil

Suhu tubuh tidak tsabil(lihat dugaan sepsis)

Klasifikasi hipotermi berdasarkan kejadian, ada 3:

  1. Hipotermi spintas: yaitu penurunan suhu tubuh1-2◦c sesudah lahir. Suhu tubuh akan menjadi normal kembali setelah bayi berumur 4-8 jam, bila suhu ruang di atur sebaik-baiknya. Hipotermi sepintas ini terdapat pada bayi dengan BBLR, hipoksia, resusitasi lama, ruangan tempat bersalin yang dingin, bila bayi segera di bungkus setelah lahir terlalucepat di mandikan(kurang dari 4 -6 jam sesudah lahir).
  2. Hipotermi akut terjadi bila bayi berada di lingkungan yang dingin selama 6-12 jam, terdapat pada bayi dengan BBLR, diruang tempat bersalin yang dingin, incubator yang cukup panas. Terapinya adalah: segeralah masukan bayi segera kedalam inkubataor yang suhunya sudah menurut kebutuhan bayi dan dalam kaadaan telanjang supaya dapat di awasi secara teliti. Gejala bayi lemah,gelisah, pernafasan dan bunyi jantung lambat serta kedu kaki dingin.
  3. Hipotermi sekunder

Penurunan suhu tubuh yang tidak di sebabkan oleh suhu lingkungan yang dingin, tetapi oleh sebab lain seperti sepsis, syndrome gangguan nafas, penyakit jantung bawaan yang berat,hipoksia dan hipoglikemi, BBLR.

Pengobatan dengan mengobati penyebab

Misalnya: pemberian antibiotika,larutan glukosa, oksigen dan sebagainya.

  1. Cold injuri

Yaitu hipotermi yang timbul karena terlalu lama dalam ruang dingin(lebih dari 12 jam). Gejala: lemah, tidak mau minum, badan dingin, oligoria , suhu berkisar sekitar 29,5◦c-35◦c, tidak banyak bergerak, oedema, serta kemerahan pada tangan, kaki dan muka, seolah-olah dalam keadaan sehat, pengerasan jaringan sub kutis. Pengobatan : memanaskan secara perlahan-lahan, antibiotika, pemberian larutan glukosa10% dan kastikastiroid.

  • Aktifitas berkurang
  • Suhu badan dibawah 36,5◦c
  • Lemah
  • Perabaan terhadap tubuhnya teraba dingin
  • Telapak kaki dingin(ini merupakan pertanda bahwa hipoterminya sudah berlngsung lam)
  • Kaki, tangan dan badannya akan mengeras(sklerema)

Langkah promotif/preventif

  1. Segera keringkan bayi
  2. Segera selimuti bayi dari seluruh tubuhnya dan di beri topi
  3. Jangan memandikan bayi sebelum berumur 12 jam
  4. Rawat bayi diruang yang hangat(tidak kurang dari25◦c dan bebas dari aliran dingin)
  5. Resusitasi dalam lingkungan yang hangat
  6. Lakukan skin to skin contak
  7. Pemberian ASI dini
  8. Rawat gabung
  9. Transposisi dalam lingkungan yang hangat
  10. Kesadaran tenaga medis

Asuhan bayi hipotermi

  1. Ganti pakaian yang dingin dan basah dengan pakaian yang hangat dan kering, memakai topi dan selimut hangat.
  2. Bila ada ibu/ibu mengganti, anjurkan menghangatkan bayi dengan melakukan kontak kulit dan kulit(MK).
  3. Periksa ulang suhu bayi 1 jam kemudian, bila suhu naik pda batas normal(36,5◦c-37,5◦c) berarti usaha menghangatkan berhasil.
  4. Anjurkan ibu untuk menyusui lebih sering, bila tidak dapat menyusui berikan ASI peras.
  • Jika telah menghangatkan setelah 1 jam tidak ada kenaikan suhu(membalik)
  • Bila bayi tidak dapat minum
  • Terdapat gangguan nafas atau kejang
  • Bila disertai salah satu tanda mengantuk/letargis atau bagian tubuh yang mengeras.
  1. Rujuk apabila terdapat atau salah satu keadaan dibawah ini:
  2. Bila suhu tetap dalam batas normal dan bayi dapat minum dengan baik serta tidak ada masalah, bayi tidak usah di rujuk. Nasehatkan ibu cara merawat bayi melekat/MK.

Menejemen hipotermia berat

  • segera hangatkkan bayi di bawah pemancaran panas yang telah dinyalakan sebelumnya, bila mungkin gunakan incubator atau ruang hangat, bila pula.
  • Ganti baju yang dingin dan bila perlu. Beri pakaian hangat, pakaiakan topi dan selimut dan selimuti dengan selimut hangat.
  • Hindari paparan panas yang berlebihan dan posisi bayi yang sering di rubah
  • bila bayi dengan gangguan nafas(frekwensi nafas>60x/mnt atau<30x/mnt), tarikan dinding dada, dan merintih saat respirasi. Tangani bayi seperti gangguan nafas.
  • Pasang jalur IV dan beri cairan IV sesuai dengan dosis rumasan dengan infuse tetap terpasang di bawah pemancar panas untuk menghangatkan caiaran.
  • Periksa kadar gula darah<45 gram % tangani hipoglikemia.
  • Nilai tanda bahaya setiap jam, nilai kemampuan minum setiap 4 jam sampai suhu tubuh kembali normal ambil sampel darah dan beri AB seperti penanganan sepsis.

Anjurkan ibu menyusui segera setelah bayi siap.

– bila tidak menyusui, beri ASI peras dengan menggunakan salah satu alternative cara pemberian minum

– bila bayi tidak dapat menyusui sama sekali pasang pipa lambung dan beri ASI peras begitu suhu bayi mencapai 35◦c.

– periksa suhu bayi setiap jam, bila naik lanjutkan tiap 2 jam.

-pantau bayi selama 12 jam, ukur suhu setiap 3 jam

– pantau bayi selam 24 jam setelah penghentian AB. Bila suhu dalam batas normal, minum baik dan tidak ada masalah bayi dipulangkan dan nasihati ibu agar bayi tetap hangat selama di rumah.

Hipotermi sedang

  • Ganti pakaian yang dingin dan basah dengan yang hangat, dan memakai selimut yang hangat.
  • Bila ada ibu/ibu mengganti, anjurkan menghangatkan bayi dengan melakukan kontak kulit dengan kulit(MK)
  • Bila ibu tidak ada
  • Hangatkan kembali dengan ,menggunakan alat pemancar panas, gunakan incubator dan ruangan hangat bila perlu.
  • Periksa suhu dan alat penghangat dan suhu ruangan, beri ASI peras dengan menggunakansalah satu`alternative cara pemberian minum dan sesuaikan pengatur suhu
  • Hindari paparan panas yang berlebihan dan posisi bayi yang sering di rubah.
  • Anjurkan ibu untuk menyusui lebih sering, bila tidak dapat menyusui beri ASI peras
  • Minta ibu untuk mengamati tanda bahaya
  • Periksa kadar glukosa darah bila<45 gram% tangani hipoglikemia
  • Nilai tanda bahaya, periksa suhu setiap jam bila suhu naik tiap 0,5◦c/jam berarti usaha berhasil. Lanjutkan obsevasi suhu setiap 2 jam
  • Bila suhu tidak naik berarti naik terlalu pelan <0,5◦c/jam, cari tanda sepsis
  • Setela suhu normal
  • Lakukan perawatan lanjut
  • Pantau bayi 12 jam berikutnya, periksa suhu tiap 3 jam, bila suhu tetap dalam batas normal dan bayi dapat minum baik serta tidak ada masalah, bayi di pulangkan.
Standar

PERUBAHAN DAN ADAPTASI FISIOLOGI KEHAMILAN PADA TRIMESTER II

LIDRA GUSMANINDRI

13211413

KEHAMILAN TRIMESTER II

  1. Sistem reproduksi
  1. Uterus

Pada trimester ini uterus akan terlalu besar dalam rongga pelvis dan seiring perkembangannya, uterus akan menyentuh dinding abdominal dan hampir menyentuh hati, mendorong usus ke samping dan ke atas. Pada trimester kedua ini kontraksi dapat dideteksi dengan pemeriksaan bimanual.

  • v Perubahan bentuk dan ukuran uterus

Usia kehamilan 16 minggu

Janin sudah cukup besar untuk menekan ishmus, menyebabkannya tidak berlipat sehingga bentuk uterus menjadi bulat (Coustan, 1995). Ishmus dan serviks berkembang menjadi segmen bawah uterus yang lebih tipis dan terdiri atas otot dan pembuluh darah yang lebih sedikit dari korpus.

Usia kehamilan 20 minggu

Fundus uterus dapat dipalpasi sejajar dengan umbilicus. Sejak usia kehamilan ini hingga cukup bulan, bentuk uterus menjadi lebih silindris dan fundusnya bentuk kubah yang lebih tebal dan lebih bulat. Karena uterus semakin membesar dalam abdomen tuba uterine secara progresif menjadi lebih ventrikel yang menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan pada ligament lebar dan ligamentum gilig.

  1. Serviks

Pada awal trimester ini, berkas kolagen kurang kuat terbungkus. Hal ini terjadi akibat penurunan konsentrasi kolagen secara keseluruhan. Dengan sel-sel otot polos dan jaringan elastis, serabut kolagen bersatu dengan arah pararel terhadap sesamanya sehingga serviks menjadi lebih lunak tetapi tetap mampu mempertahankan kehamilan.

  1. Vagina

Pada kehamilan trimester kedua ini terjadinya peningkatan cairan vagina selama kehamilan adalah normal. Cairan biasanya jernih, pada saat ini biasanya agak kental dan mendekati persalinan agak cair. Yang terpenting adalah tetap menjaga kebersihan. Hubungi dokter atau tenaga kesehatan lain, jika cairan berbau, terasa gatal, dan sakit.

  1. Payudara

Pada trimester kedua ini, payudara akan semakin membesar dan mengeluarkan cairan yang kekuningan yang disebut dengan colustrum. Keluarnya cairan dari payudara itu yaitu colostrums adalah makanan bayi pertama yang kaya akan protein, colostrums ini akan keluar bila putting dipencet. Areola payudara makin hitam karena hiperpigmentasi. Glandula Montgomery makin tampak menonjol di permukaan areola mamae.

Kondisi Kesehatan Janin Dalam Kehamilan Trimester Kedua atau Minggu ke 13 – 28

  1. MINGGU 13

Memasuki trimester kedua plasenta berkembang sempurna untuk menyediakan oksigen, nutrisi dan pembuangan limbah bayi. Pada minggu ketiga belas jaringan dan organ yang sudah terbentuk dalam tubuh bayi tumbuh pesat dan mengalami pematangan.Jarinya yang unik telah teridentifikasi dengan baik. Kelopak mata, alis, bulu mata dan kuku sudah terbentuk. Gigi dan tulang menjadi lebih padat. Bayi sudah bisa menghisap jempol, menguap, meregang dan membuat wajah di dalam kandungan. Jika ibu menekan perut dengan perlahan dan ia merasakannya, bayi akan menunjukkan refleks dan bergerak seolah-olah seperti mencari puting susu. Jika kandungan ibu perempuan, ia sekarang mempunyai hampir 2 juta telur dalam indung telurnya, tetapi pada saat lahir jumlah ini akan berkurang menjadi sekitar satu juta.

  1. MINGGU 14

Setelah tiga bulan pembuahan, alat kelamin bayi sudah dapat dideteksi melalui USG apakah laki-laki atau perempuan. Denyut jantung bayi mulai berdetak kuat hampir dua kali lebih cepat dari sang ibu. Pada minggu ini badannya membesar lebih cepat dari kepala.Kulitnya yang halus setipis kertas itu menutupi badannya dengan lanugo (rambut yang sangat halus biasanya menghilang sebelum lahir). Walaupun alis mata dan rambut halus di kepala sudah tumbuh, tekstur dan warnanya bisa berubah sebelum bayi lahir.

  1. MINGGU 15

Bayi sudah mampu menggenggam tangannya dan mengisap ibu jari. Akan tetapi kelopak matanya masih tertutup. Tulang dan sumsum di dalam sistem kerangka terus berkembang. Bayi sudah mulai mendengarkan ibu, mendengarkan denyut jantung ibu, suara perut dan juga suara ibu. Ukurannya janin pada akhir minggu ini 15,24 cm dan beratnya sekitar 113 gram.

  1. MINGGU 16

Bayi merupakan makhluk kecil yang senang bermain. Bayi mungkin telah menjumpai mainan pertamanya (tali pusat) yang akan dengan senang ditarik-tarik dan dipegangnya. Bayi sudah dapat diketahui jenis kelaminnya. Pada tahap ini bayi telah terbentuk sepenuhnya dan membutuhkan nutrisi melalui plasenta. Tulang dan otot bayi sudah berkembang dan menjadi kuat. Dalam proses pembentukan ini sistem peredaran darah adalah yang pertama terbentuk dan berfungsi sepenuhnya. Ada perkembangan baru pada minggu ini, bayi mulai sensitif terhadap cahaya atau sinar terang.Gerakan janin juga semakin aktif, mulai menghisap ibu jarinya, menguap, merenggangkan tubuhnya, sudah mampu menelan, kencing dan cegukan.

  1. MINGGU 17

Dengan bantuan sonicaid, denyut jantung bayi sudah bisa didengar. Mendengarkan denyut jantung bayi membuat Anda tahu bahwa bayi Anda tumbuh dengan baik. Tulan rawan lunak yang akan menjadi rangka tubuh bayi mulai mengeras.Selubung mielin untuk melindungi serabut saraf mulai terbentuk. Rambut mulai tumbuh di kepala bayi dan rambut-rambut halus meliputi bahu dan punggung. Kulit bayi berkembang dan transparan, terlihat merah sebab pembuluh darah masih terlihat jelas. Sidik jari pada jari-jari tangan yang mungil sudah mulai terbentuk.

  1. MINGGU 18

Bayi sudah dapat mendengarkan suara dari luar tubuh ibu. Ia juga akan bergerak atau terkejut bila mendengar kebisingan atau suara keras. Dalam minggu ini bayi bergerak sangat aktif dan mungkin ibu sudah dapat merasakan gerakan menendang, menekuk, meraih, berguling, atau bahkan mengisap ibu jarinya. Jika bayi perempuan, vagina, rahim, dan saluran telurnya sudah terbentuk. Jika bayi laki-laki, alat genitalnya sudah jelas dan bisa dikenali. Pada minggu ini mata bayi sudah berkembang.Ia sudah bisa melihat cahaya yang masuk melalui dinding rahim ibu. Dadanya kembang kempis seolah-olah bernafas. Hal ini bukan karena ia menghirup udara, tetapi ia sedang menelan cairan amnion.Bayi mulai melakukan gerakan karena sedang mengembangkan dan melatih ototnya yang sudah bisa berkontraksi dan relaks, bayi sudah dapat menendang atau meninju. Disamping itu, hormon estrogen dan progesteron semakin meningkat.

  1. MINGGU 19

Panjang bayi sekitar 20,5 cm dan beratnya sekitar 240 gram. Ia mulai menelan cairan amnion dan ginjalnya terus menghasilkan air seni.Pekembangan sensoris sudah mencapai puncaknya pada minggu ini. Sel-sel saraf untuk setiap indera perasa, penghirup, pendengaran, penglihatan, dan peraba kini muncul di area-area khusus dalam otak.Tubuh bayi sudah diselimuti vernix caseosa, yang merupakan lapisan lilin yang membalut bayi dan melindungi kulitnya dari luka.

  1. MINGGU 20

Separuh waktu kehamilan telah dilewati. Kini panjangnya sekitar 25,4 cm dan beratnya sekitar 260 gram.Kondisi bayi: Dibawah lapisan vernix, kulit bayi mulai membuat lapisan dermis, epirdermis dan subcutaneous. Pigmen kulit pun mulai terlihat jelas. Kuku pada jari tangannya mulai tumbuh. Otot-ototnya semakin kuat bersamaan dengan proses penyempurnaan paru-paru dan sistem pernafasan. Bayi Anda bergerak sekitar 200 kali sehari, tetapi Anda hanya akan merasakan sedikit dari semua gerakan ini.

  1. MINGGU 21

Panjang bayi sekitar 28 cm dan beratnya sekitar 360 gram. Jika Anda berbicara, membaca buku atau menyanyi untuk bayi Anda, dia pasti bisa mendengarnya.Beberapa penelitian menunjukkan bahwa bayi baru lahir akan mengisap lebih kencang saat menyusu bila Anda membacakan buku yang sering dia dengar saat masih di dalam rahimKondisi bayi: Alis dan kelopak mata bayi sudah terbentuk sempurna dan kuku-kuku jarinya sudah menutupi ujung jari. Usus bayi sudah cukup berkembang sehingga ia sudah mampu menyerap atau menelan gula dari cairan lalu dilanjutkan melalui sistem pencernaan menuju usus besar.

  1. MINGGU 22

Indera yang digunakan bayi untuk belajar berkembang setiap hari. Wajahnya semakin mirip seperti saat dilahirkan. Antara kepala dan tubuh semakin proporsional.Kondisi IbuKaki mulai mengalami pembengkakkan dan kram karena mulai terhambatnya peredaran darah. Kenaikan berat badan yang akan Anda alami mungkin menghantui pikiran dan Anda mungkin menghadapi tantangan mengidam dan selera makan yang lebih baik.Kondisi bayi: Tubuh bayi mulai memproduksi sel darah putih yang penting untuk melawan penyakit dan infeksi. Bibir bayi menjadi lebih jelas dan matanya sudah terbentuk, walaupun masih kurang pigmen dalam selaput pelanginya sampai beberapa minggu mendatang. Pankreas, yang penting untuk produksi hormon, mulai berkembang. Tanda-tanda awal tumbuhnya gigi mulai muncul di antara barisan gusinya.

  1. MINGGU 23

Tangan dan kaki bayi telah terbentuk dengan sempurna, jari-jari pun terbentuk sempurna.Kondisi Ibu: Ibu mengalami peningkatan produksi lendir vagina akibat meningkatnya aliran darah ke bagian tubuh. Buang air lebih sering dari biasanya adalah efek samping lain yang tak diinginkan dari kehamilan.Kondisi bayi: Pada minggu ini panjang bayi sekitar 30 cm dan beratnya hampir 500 gram. Pembuluh darah dalam paru-parunya mulai berkembang untuk menyiapkan pernapasan dan dia menelan cairan amnion secara teratur, walaupun normalnya dia belum mulai bergerak sampai setelah lahir. Meski lemak semakin bertumpuk di dalam tubuh bayi, kulitnya masih kendur sehingga nampak keriput. Ini karena produksi sel kulit lebih banyak dibandingkan lemak.

  1. MINGGU 24

Pendengaran bayi sudah terbentuk sempurna. Bayi akan bergerak dengan suara musik dari luar.Kondisi Ibu: Gusi menjadi lebih sensitif, hal ini disebabkan oleh hormon kehamilan yang bisa membuat gusi membengkak dan meradang, yang membuat gusi berdarah, khususnya ketika menggosok atau membersihkan gigi. Pada minggu ini terkadang beberapa ibu mengalami kurang tidur atau tidur yang tak nyenyak. Kondisi bayi: Saat ini bayi sudah mempunyai bentuk tubuh yang sempurna, otaknya pun tumbuh dengan sangat baik. Ia semakin memenuhi ruang dalam rahim sang ibu. Paru-paru bayi mulai mengambil oksigen meski masih menerima oksigen dari plasenta. Paru-paru mulai menghasilkan surfaktan yang melindungi kantung udara tetap mengembang. Kulitnya tipis dan rapuh tetapi tubuhnya berisi dan memenuhi lebih banyak ruang dalam rahim. Ia juga mulai menyimpan lapisan ‘lemak coklat’ di dada, leher, dan selangkangan yang membantu bayi mempertahankan panas tubuh.

  1. MINGGU 25

Bayi mulai latihan bernafas. Ia menghirup dan mengeluarkan air ketuban. Jika air ketuban yang tertelan terlalu banyak, ia akan cegukan.Kondisi Ibu: Terkadang ibu mengalami kontraksi, meskipun tidak sakit tapi perut akan terasa kaku.Kondisi bayi: Pendengaran bayi mulai optimal sehingga dapat menanggapi rangsangan seperti suara, rasa sakit dan cahaya. Tulang bayi semakin mengeras dan menjadi lebih kuat. Saluran darah di paru-paru semakin berkembang serta garis di sekitar mulut bayi sudah membentuk dan berfungsi dengan baik. Kini indra penciuman bayi sudah makin membaik karena pada minggu ini bagian hidung bayi sudah mulai berfungsi. Saat ini berat bayi sudah mencapai 650 gram dengan tinggi badan 37 cm.

  1. MINGGU 26

Pada minggu ke-26 bayi sudah mempunyai lemak dibawah kulit yang dapat membantu mengontrol suhu tubuhnya pada saat lahir.Kondisi Ibu: Ibu mulai merasakan nyeri dan pegal di bagian pinggang dan persendian tulang belakang. Nafas menjadi pendek saat melakukan aktivitas yang agak berat.Kondisi bayi: Ukuran bayi, apabila diukur dari kepala hingga jari kaki mencapai 35,6-38 cm dan beratnya sekitar 760 gram. Bayi sudah bisa membuka dan mengedipkan matanya seiring dengan terbentuknya retina pada mata bayi. Bayi mulai aktif berubah posisi yang dirasakan juga oleh ibu. Aktivitas otak bayi yang berhubungan dengan pendengaran dan penglihatan bayi sudah berfungsi dengan baik.

  1. MINGGU 27

Bayi terlihat seperti menarik napas, meskipun baru bernapas dalam air dan tidak di udara, ini adalah latihan yang bagus ketika dia lahir.Kondisi Ibu: Ibu mulai merasakan gerah dan mudah berkeringat karena beban yang dikandungnya semakin besar. Biasanya banyak juga wanita hamil menjadi sedikit anemis karena perubahan normal selama kehamilanKondisi bayi: Menjelang trimester ketiga, berat si kecil mencapai 875 gram dan tingginya sekitar 36,6-38 cm. Namun paru-paru, hati, dan sistem kekebalan tubuh masih harus dimatangkan. Meskipun demikian, indra perasa bayi sudah mulai terbentuk. Matanya membuka dan menutup. Saat ia terjaga dari tidurnya pada interval yang teratur bayi sudah pandai mengisap ibu jari. Uniknya sebagian para ahli percaya bahwa si kecil tersayang mulai bermimpi manis menjelang minggu ke-28.

  1. MINGGU 28

Pada masa ini bayi menyelesaikan perkembangan fisiknya. Bayi benar-benar mulai tumbuh dan mengisi ruang yang kosong dalam rahim.Kondisi Ibu: Naluri keibuan biasanya sudah mulai tumbuh. Kebanyakan dari wanita hamil mengalami kenaikan berat badan sekitar 5 kg pada masa ini. Terkadang terjadi pembengkakan yang tidak hanya pada kaki tetapi juga di tangan.Kondisi bayi: Pada akhir bulan ketujuh, lemak mulai bertambah dan disimpan pada tubuh bayi. Saat ini bayi bisa memiliki panjang sekitar 38 cm dan berat sekitar 1-1,8 kg. Bayi kini bisa membuka matanya dan akan memalingkan wajah ke arah sumber cahaya terang yang terus menerus. Lapisan lemak semakin berkembang. Rambut halus dan kuku jarinya terus tumbuh. Otak bayi semakin berkembang dan meluas. Kepala pun sudah mengarah ke bawah. Namun paru-parunya belum sempurna. Kendati seperti itu, si kecil kemungkinan besar dapat bertahan hidup saat ia terlahir ke dunia.

Masa kehamilan antara minggu ke-13 sampai ke-27 sering disebut-sebut sebagai ‘periode bulan madu’untuk alasan yang sangat menyenangkan: umumnya, mual-mual sudah jauh berkurang,emosi lebih stabil, plus gairah seks kembali normal. Pada masa ini juga mulai merasakan aksi‘bermain bola’ alias gerakan pertama bayi Anda. Lalu, ada perubahan apa lagi di trimester kedua kehamilan ini?

Mual mereda

Di masa ini, kebanyakan calon ibu sudah tidak mengidam lagi. Namun, bila Anda masih merasa mual-mual juga,berkonsultasilah pada dokter Anda agar bisa diresepkan vitamin B6 (yangterbukti bisa menenangkan perut yang ‘bergejolak’). Di masa ini juga, perut Anda akan merasakan sensasi tidak nyaman versi baru, yakni nyeri perut. Hal ini terjadi akibat membesarnya rahim Anda dan peregangan di sekitar ligamen(jaringan penghubung antar tulang).

Bayi mulai bergerak

Hampir sepanjang trimester pertama kehamilan Anda, sebenarnya janin Anda terus tumbuh secara perlahan didalam rahim. Sekitar minggu ke-12, barulah dokter Anda bisa mendeteksi adanya detak jantung bayi. Meskipun demikian, Anda bisa tetap merasakan sesuatu yang menjadi pertanda adanya kehidupan di dalam rahim, seperti:

Antara minggu ke-16 dan ke-20, Anda bisa merasakan si kecil bergerak ke sana-ke mari dalam rahim. Hal ini dikenal sebagai ‘quickening’.Menjelang akhir trimester kedua kehamilan, Anda mungkin merasakan adanya semacam ‘titik-titik’ yang muncul berulang kali dalam perut Anda. Jangan terlalu khawatir. Itu cuma si kecil yang sedang cegukan, dan ini sama sekali tidak berbahaya!

Sesak napas

Kini, bahkan aktivitas yang biasa-biasa saja atau agak membosankan, seperti berjalan ke kamar mandi, bisa membuat napas Anda terengah-engah. Hal ini umum terjadi, kok. Membesarnya rahim membuat paru-paru jadi terdesak naik, sehingga sulit bagi udara untuk keluar dan masuk secara bebas. Tetapi, begitu gangguan napas Anda ini kian menghebat,segera temui dokter.

Bentuk tubuh berubah

Di minggu ke-16, Anda sudah harus mulai memakai baju hamil karena lingkaran pinggang bertambah dan pinggul melebar. Pada minggu ke-27, berat badan Anda akan bertambah sekitar 7-10 kg. Bagaimana dengan si kecil? Beratnya‘hanya’ naik sekitar 1 kg. Juga, Anda mulai merasakan adanya fenomena lain darikehamilan: Stretchmarks.Tenang-tenang saja, deh! Kebanyakan stretchmarks atau garis-garis tanda melarnya kulit ini akan memudar sendiri setelah Anda melahirkan. Paling ‘yang tersisa’ adalah garis tipis berwarna putih atau keperakan.

Emosi juga berubah

Meskipun kerja hormon masih belum cukup stabil, tubuh Anda sudah menyesuaikan diri selama 3 bulan, sehingga Anda mungkin saja tidak sesensitif sebelumnya. Di sisi lain, karena perubahan bentuk tubuh, Anda justru khawatir terhadap efek jangka panjang kehamilan terhadap tubuh Anda. Untuk mengatasi perasaan ini, sebaiknya:

Belilah pakaian yang ‘lucu’ (model baju hamil sekarang sudah banyak yang modis dan trendi, lho).

Manjakan diri dengan berbagai hal yang bisa mempercantik penampilan Anda, seperti manikur agar kuku selalu sehat dan terawat, potong rambut, ke spa, dan masih banyak lagi.Nikmati saja perasaan bahagia yang tengah Anda rasakan.

Mimpi buruk

Semakin dekat persalinan, Andamulai sering bermimpi yang aneh-aneh. Dan, mimpi yang paling sering muncul pada trimester ini adalah melahirkan bayi yang ‘ajaib’. Tak perlu panik bila Anda terbangun dengan keringat dingin bercucuran. Wajar-wajar saja kok jika Anda merasa super cemas menjelang melahirkan.

Gairah seks meningkat

Selama bulan ke-4 atau ke-5 kehamilan, tiba-tiba Anda merasa sangat seksi. Di trimester kedua kehamilan, tubuh Anda memang menghasilkan lebih banyak hormon estrogen. Setiap harinya, indung telur wanita hamil menghasilkan estrogen setara dengan estrogen dari wanita tidak hamil selama 3 tahun! Benar-benar luar biasa, ya. Dan, karena rasa mual dan kelelahan (yang banyak terjadi di trimester pertama) sudah mereda, Anda merasa lebih bergairah dalam berhubungan intim dengan suami. Bahkan, beberapa wanita mengalami orgasme berulang kali untuk pertama kalinya.

Olahraga

Bila rasa mual dan kelelahan membuat Anda terpaksa meninggalkan rutinitas olahraga di trimester pertama kehamilan, kini saatnya untuk kembali berolahraga.

Olahraga yang cocok :

  • Senam Kegel.

Bisa memudahkan proses melahirkan (saat mengejan) dan mengurangi risiko tidak bisa menahan buang air kecil atau besar setelah melahirkan. Caranya, kontraksikan (kencangkan dan kendurkan) otot-otot vagina, seolah-olah Anda sedang menahan keluarnya urin! Tahan dan ulangi.Yoga. Gerakan yoga ini khusus dirancang dan disesuaikan dengan perubahan tubuh Anda. Sisi positifnya, Anda bisa curhat dengan ibu hamil lain.Berenang. Initermasuk olahraga low-impact. Ringannya beban tubuh Anda saat terapung membuat kaki bisa sedikit istirahat dan tak perlu bekerja ekstra keras menopang tubuh.Jalan kaki. Sekalipun Anda ‘hanya’ berjalan kaki keliling kompleks, aliran darah bisa lebih lancar.

  • v Trimester kedua adalah masa yang paling asyik selama kehamilan. Karena itu, nikmati saja! Apalagi, ada begitu banyak hal yang bisa Anda lakukan: Berolahraga, belanja keperluan bayi, dan memanjakan diri! Sambil melakukan hal-hal menyenangkan, Anda bisa menikmati gerakan dan perubahan menakjubkan dalam rahim setiap hari. Asyik kan?
  • Hati-hati:

Hindari olahraga angkat beban atau latihan berat apapun yang dapat menaikkan tekanan darah ke tingkat yang berbahaya.Setelah bulan ke-4 atau ke-5, hindari olahraga yang menuntut Anda harus tidur terlentang. Posisi seperti ini bisa menyebabkan pembuluh darah utama Anda tertekan sehingga mengganggu aliran darahpada bayi.Makan camilan ringan sekitar 1jam sebelum berlatih. Asupan kalori ini akan membantu meningkatkan energiAnda.Minumlah air putih selama berolahraga.

Jagalah agar tubuh tidak sampai kekurangan cairan.Ekstra hati-hatilah dengan olahraga yang membutuhkan keseimbangan. Tubuh Anda bisa memberikan respon yang tak diduga. Misalnya, saat berlari atau melakukan gerakan step-aerobic, mungkin saja tiba-tiba Anda sempoyongan

Standar

Definisi Pre Eklampsia dan Eklampsia pada kehamilan

Pre-eklampsia dalam kehamilan adalah apabila dijumpai tekanan darah 140/90 mmHg setelah kehamilan 20 minggu (akhir triwulan kedua sampai triwulan ketiga) atau bisa lebih awal terjadi.

Sedangkan pengertian eklampsia adalah apabila ditemukan kejang-kejang pada penderita pre-eklampsia, yang juga dapat disertai koma.

Pre-eklampsia adalah salah satu ka­sus gangguan kehamilan yang bisa menjadi penyebab kematian ibu. Ke­lainan ini terjadi selama masa kelamilan, persalinan, dan masa nifas yang akan berdampak pa­da ibu dan bayi. Kasus pre-eklampsia dan eklampsia terjadi pada 6-8% wanita hamil di Indonesia. Hipertensi (tekanan darah tinggi) di dalam kehamilan terbagi atas pre-eklampsia ringan, pre-eklampsia berat, eklampsia, serta superimposed hipertensi(ibu hamil yang sebelum kehamilannya sudah memiliki hipertensi dan hipertensi berlanjut selama kehamilan). Tanda dan gejala yang terjadi serta tatalaksana yang dilakukan masing-masing penyakit di atas tidak sama.

Berikut ini akan dijelaskan mengenai pembagian di atas.
Penyebab:

Penyebab pre-eklampsia belum diketahui secara jelas. Penyakit ini dianggap sebagai “maladaptation syndrome” akibat penyempitan pembuluh darah secara umum yang mengakibatkan iskemia plasenta (ari – ari) sehingga berakibat kurangnya pasokan darah yang membawa nutrisi ke janin.
Faktor Risiko :

  1. Kehamilan pertama
  2. Riwayat keluarga dengan pre-eklampsia atau eklampsia
  3. Pre-eklampsia pada kehamilan sebelumnya
  4. Ibu hamil dengan usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
  5. Wanita dengan gangguan fungsi organ (diabetes, penyakit ginjal, migraine, dan tekanan darah tinggi)
  6. Kehamilan kembar

Deteksi dini :

  1. Menyaring semua kehamilan primigravida (kehamilan pertama), ibu menikah dan langsung hamil, dan semua ibu hamil dengan risiko tinggi terhadap pre-eklampsia dan eklampsia.
  2. Pemeriksaan kehamilan secara teratur sejak awal triwulan satu kehamilan

Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui terdapatnya protein dalam air seni, fungsi organ hati, ginjal, dan jantung, fungsi hematologi / pembekuan darah

Pre-eklampsia ringan

Tanda dan gejala :

  1. Kenaikan tekanan darah sistole 140 mmHg sampai kurang dari 160 mmHg; diastole 90 mmHg sampai kurang dari 110 mmHg
  2. Proteinuria : didapatkannya protein di dalam pemeriksaan urin (air seni)
  3. Edema (penimbunan cairan) pada betis, perut, punggung, wajah atau tangan

Tatalaksana pre eklampsia ringan dapat secara :

Pengelolaan secara rawat jalan (ambulatoir) :

  • Tidak mutlak harus tirah baring, dianjurkan perawatan sesuai keinginannya
  • Makanan dan nutrisi seperti biasa, tidak perlu diet khusus
  • Vitamin
  • Tidak perlu pengurangan konsumsi garam
  • Tidak perlu pemberian antihipertensi
  • Kunjungan ke rumah sakit setiap minggu

Pengelolaan secara rawat inap (hospitalisasi) :

  • Pre eklampsia ringan dirawat inap apabila mengalami hipertensi yang menetap selama lebih dari 2 minggu, proteinuria yang menetap selama lebih dari 2 minggu, hasil tes laboratorium yang abnormal, adanya gejala atau tanda 1 atau lebih pre eklampsia berat
  • Pemeriksaan dan monitoring teratur pada ibu : tekanan darah, penimbangan berat badan, dan pengamatan gejala pre-eklampsia berat dan eklampsia seperti nyeri kepala hebat di depan atau belakang kepala, gangguan penglihatan, nyeri perut bagian kanan atas, nyeri ulu hati
  • Pemeriksaan kesejahteraan janin berupa evaluasi pertumbuhan dan perkembangan janin di dalam rahim

Tatalaksana

  • Pada dasarnya sama dengan terapi rawat jalan
  • Bila terdapat perbaikan gejala dan tanda-tanda dari pre-eklampsia dan umur kehamilan 37 minggu atau kurang, ibu masih perlu diobservasi selama 2-3 hari lalu boleh dipulangkan

Pre-eklampsia Berat

Pre eklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya tekanan darah tinggi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan/atau edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih. Tanda dan gejala pre-eklampsia berat :

  1. Tekanan darah sistolik ? 160 mmHg
  2. Tekanan darah diastolik ? 110 mmHg
  3. Peningkatan kadar enzim hati dan atau ikterus (kuning)
  4. Trombosit < 100.000/mm3
  5. Oliguria (jumlah air seni < 400 ml / 24 jam) 6. Proteinuria (protein dalam air seni > 3 g / L)
  6. Nyeri ulu hati
  7. Gangguan penglihatan atau nyeri kepala bagian depan yang berat
  8. Perdarahan di retina (bagian mata)
  9. Edema (penimbunan cairan) pada paru
  10. Koma

Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala pre-eklampsia berat selama perawatan, maka perawatan dibagi menjadi :

  1. Perawatan aktif yaitu kehamilan segera diakhiri dan ditambah pemberian obat-obatan. Perawatan aktif dilakukan apabila usia kehamilan 37 minggu atau lebih, adanya ancaman terjadinya impending eklampsia, kegagalan terapi dengan obat-obatan, adanya tanda kegagalan pertumbuhan janin di dalam rahim, adanya “HELLP syndrome” (Haemolysis, Elevated Liver enzymes, and Low Platelet).
  2. Perawatan konservatif yaitu kehamilan tetap dipertahankan ditambah pemberian obat-obatan.Perawatan konservatif dilakukan apabila kehamilan kurang dari 37 minggu tanpa disertai tanda-tanda impending eklampsia serta keadaan janin baik. Perawatan konservatif pada pasien pre eklampsia berat yaitu :
  • Segera masuk rumah sakit
  • Tirah baring
  • Infus
  • Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam
  • Pemberian obat anti kejang : magnesium sulfat
  • Anti hipertensi, diuretikum diberikan sesuai dengan gejala yang dialami
  • Penderita dipulangkan apabila penderita kembali ke gejala-gejala / tanda-tanda pre-eklampsia ringan (diperkirakan lama perawatan 1-2 minggu)

 

Eklampsia

Definisi

Eklampsia adalah kelainan pada masa kehamilan, dalam persalinan, atau masa nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang (bukan timbul akibat kelainan saraf) dan / atau koma dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala pre-eklampsia.
Gejala dan Tanda

  1. Nyeri kepala hebat pada bagian depan atau belakang kepala yang diikuti dengan peningkatan tekanan darah yang abnormal. Sakit kepala tersebut terus menerus dan tidak berkurang dengan pemberian aspirin atau obat sakit kepala lain
  2. Gangguan penglihatan à pasien akan melihat kilatan-kilatan cahaya, pandangan kabur, dan terkadang bisa terjadi kebutaan sementara
  3. Iritabel à ibu merasa gelisah dan tidak bisa bertoleransi dengan suara berisik atau gangguan lainnya
  4. Nyeri perut à nyeri perut pada bagian ulu hati yang kadang disertai dengan muntah
  5. Tanda-tanda umum pre eklampsia (hipertensi, edema, dan proteinuria)
  6. Kejang-kejang dan / atau koma

  

Tatalaksana

Tujuan pengobatan :

  1. Untuk menghentikan dan mencegah kejang
  2. Mencegah dan mengatasi penyulit, khususnya krisis hipertensi
  3. Sebagai penunjang untuk mencapai stabilisasi keadaan ibu seoptimal mungkin
  4. Mengakhiri kehamilan dengan trauma ibu seminimal mungkin

Pengobatan Konservatif

Sama seperti pengobatan pre eklampsia berat kecuali bila timbul kejang-kejang lagi maka dapat diberikan obat anti kejang (MgSO4).

Pengobatan Obstetrik

  1. Sikap dasar : Semua kehamilan dengan eklampsia harus diakhiri dengan atau tanpa memandang umur kehamilan dan keadaan janin
  2. Bilamana diakhiri, maka kehamilan diakhiri bila sudah terjadi stabilisasi (pemulihan) kondisi dan metabolisme ibu

Setelah persalinan, dilakukan pemantauan ketat untuk melihat tanda-tanda terjadinya eklampsia. 25% kasus eklampsia terjadi setelah persalinan, biasanya dalam waktu 2 – 4 hari pertama setelah persalinan. Tekanan darah biasanya tetap tinggi selama 6 – 8 minggu. Jika lebih dari 8 minggu tekanan darahnya tetap tinggi, kemungkinan penyebabnya tidak berhubungan dengan pre-eklampsia.

Pencegahan

Usaha pencegahan preklampsia dan eklampsia sudah lama dilakukan. Diantaranya dengan diet rendah garam dan kaya vitamin C. Selain itu, toxoperal (vitamin E,) beta caroten, minyak ikan (eicosapen tanoic acid), zink (seng), magnesium, diuretik, anti hipertensi, aspirin dosis rendah, dan kalium diyakini mampu mencegah terjadinya preklampsia dan eklampsia. Sayangnya upaya itu belum mewujudkan hasil yang menggembirakan. Belakangan juga diteliti manfaat penggunaan anti-oksidan seperti N. Acetyl Cystein yang diberikan bersama dengan vitamin A, B6, B12, C, E, dan berbagai mineral lainnya. Nampaknya, upaya itu dapat menurunkan angka kejadian pre-eklampsia pada kasus risiko tinggi.

Standar

anemia ibu hamil

Lidra gusmanindri

13211413

Anemia Ibu Hamil

Wanita hamil atau dalam masa nifas dinyatakan menderita anemia bila kadar hemoglobinnya di bawah 10 g/dl. Perubahan fisiologis yang terjadi pada kehamilan sering menyulitkan diagnosis dan penatalaksanaan penyakit-penyakit kelainan darah. Penurunan kadar Hb pada wanita sehat yang hamil disebabkan ekspansi volume plasma yang lebih besar daripada peningkatan volume sel darah merah dan hemoglobin. Hal ini terutama terjadi pada trimester kedua.

Pada akhir kehamilan, ekspansi plasma menurun sementara hemoglobin terus meningkat. Pada saat nifas, bila tidak terjadi kehilangan darah dalam jumlah besar, konsentrasi hemoglobin tidak berbeda dengan saat hamil. Biasanya hal ini bertahan selama beberapa hari sebelum akhimya meningkat ke nilai sebelum hamil.

Etiologi

Penyakit yang menyebabkan anemia dalam kehamilan:

Yang didapat: anemia defisiensi besi, anemia akibat perdarahan, anemia akibat radang atau keganasan, anemia megaloblastik, anemia hemolitik didapat, anemia aplastik atau hipoplastik.

Yang diturunkan/herediter: talasemia, hemoglobinopati sel sabit, hemoglobinopati lain, anemia hemolitik herediter.

Dua penyebab yang paling sering ditemukan adalah anemia akibat defisiensi besi dan akibat perdarahan.

Komplikasi

Abortus, persalinan preterm, partus lama karena inersia uteri, perdarahan pascapersalinan karena atonia uteri, syok, infeksi intra persalinan maupun pascapersalinan, payah jantung pada anemia yang sangat berat, hingga kematian bagi ibu. Janin yang dikandungnya dapat mengalami kematian, prematuritas, cacat bawaan, hingga kekurangan cadangan besi.
Anemia Defisiensi Besi
Pemeriksaan awal yang dilakukan adalah pemeriksaan darah tepi lengkap, sediaan apus darah tepi, pengukuran konsentrasi besi serum, dan/atau feritin serum. Gambaran morfologi eritrosit mikrositik hipokrom lebih jarang ditemukan pada wanita hamil daripada wanita biasa dengan Hb sama. Diagnosis pada wanita dengan anemia sedang biasanya berdasarkan penghapusan penyebab anemia yang lain. Jika wanita tersebut diberikan terapi besi adekuat, terdapat peningkatan hitung retikulosit.

Penatalaksanaannya berupa pemberian Fe sulfat, fumarat, atau glukonat secara oral dengan dosis 1 x 200 mg. Jika perlu diberikan asam askorbat atau sari buah. Jika tidak dapat secara oral, berikan secara parenteral. Untuk memenuhi cadangan besi, terapi sampai 3 bulan setelah anemia diperbaiki.

Jarang dilakukan transfusi kecuali terdapat juga hipovolemia atau harus dilakukan operasi.
Anemia Akibat Perdarahan
Biasanya lebih jelas ditemukan pada masa nifas, dapat disebabkan plasenta previa atau solusio plasenta, atau anemia sebelum melahirkan. Pada awal kehamilan sering disebabkan aborsi, kehamilan ektopik, dan mola hidatidosa. Perdarahan masif harus segera ditangani untuk mengembalikan dan mempertahankan perfusi organ vital. Setelah hipovolemia teratasi dan hemostasis tercapai, lakukan terapi pemberian Fe. Pada wanita dengan anemia sedang yang Hbnya > 7 g/dl, tidak demam, dan stabil tanpa risiko perdarahan berikutnya. Terapi Fe selama 3 bulan lebih baik daripada transfusi darah.
Anemia Megaloblastik
Biasanya disebabkan defisiensi asam folat, sering ditemukan pada wanita yang jarang mengkonsumsi sayuran hijau segar atau makanan dengan protein hewani tinggi. Gejalanya meliputi mual, muntah, dan anoreksia yang bertambah berat.

Pada pemeriksaan sediaan apus darah, ditemukan tanda awal berupa hipersegmentasi neutrofil. Sesuai perkembangan anemia, produksi eritrosit menurun, makrositik, meskipun bilia sebelumnya terdapat mikrositik karena anemia defisiensi besi. Dalam keadaan demikian, makrositik yang baru terbentuk tidak dapat dideteksi dengan pengukuran HER, tapi melalui pemeriksaan sediaan apus darah tepi. Pada sumsum tulang terjadi eritropoesis megaloblastik dan bila anemia bertambah berat, dapat terjadi trombositopenia dan leukopenia. Fetus tidak terpengaruh oleh anemia yang diderita ibu, namun dapat menderita cacat bawaan.

Penatalaksanaanya berupa pemberian asam folat 1 mg/hari secara oral, diet yang bergizi, dan besi. Biasanya 4-7 hari setelah terapi dimulai, hitung retikulosit mulai meningkat dan leukopenia serta trombositopenia yang terjadi terkoreksi.

Pencegahannya melalui pemberian asam folat 4 mg/hari sebelum dan selama kehamilan.

Tuberkulosis

Penyakit ini merupakan penyakit rakyat yang sering dijumpai dan kehamilan tidak banyak mernberikan pengaruh. Gejala yang tampak sesuai dengan penyakit tuberkulosis (TBC). Pada pasien yang dicurigai menderita TBC paru lakukan pemeriksaan tes tuberkulin dengan PPD (purified protein derivate) 5 unit dan bila hasilnya positif (lebih dari 15 mm pada kasus dengan/tanpa faktor risiko) lanjutkan dengan foto toraks. Janin harus dilindungi terhadap sinar rontgen. Pemeriksaan ini ditujukan terutama untuk pasien dengan perubahan tes tuberkulin dari negatif menjadi positif, serta untuk pasien dengan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik yang sesuai, namun hasil tes tuberkuhn negatif.

Dilakukan pemeriksaan sputum BTA pada penderita dengan TBC paru aktif untuk diagnosis pasti sekaligus uji sensitivitas.

Bila diobati dengan baik, tidak ditemukan pengaruhnya pada ibu yang sedang hamil.

Janin dengan TBC kongenital jarang ditemukan, biasanya janin baru tertular setelah lahir karena dirawat atau disusui oleh ibunya.

Penatalaksanaan

Berikan penjelasan dan pendidikan kepada pasien bahwa penyakitnya bersifat kronik sehingga diperlukan pengobatan yang lama dan teratur. Ajarkan untuk menutup mulut dan hidungnya bila batuk, bersin, dan tertawa.

Sebagian besar obat anti tuberkulosis aman untuk wanita hamil, kecuali streptomisin yang bersifat ototoksik bagi janin dan harus diganti dengan etambutol pada kehamilan. Pasien hamil dengan TBC paru yang tidak aktif tidak perlu mendapat pengobatan. Untuk pasien dengan TBC paru aktif, gunakan dua macam obat atau lebih agar tidak terjadi resistensi. Isoniazid adalah obat terpilih karena paling aman untuk kehamilan, efektivitasnya tinggi, dan harganya lebih murah.

Obat yang dapat dipakai isoniazid (INH) 300 mg, etambutol 15-20 mg, streptomisin 1 g, dan rifampisin 600 mg selama 6 bulan. Yang harus diperhatikan adalah efek samping dari obat terhadap kehamilan. Laporan efek samping etambutol terhadap kehamilan sangat sedikit dan pada janin belum ada. Rifampisin memberikan efek teratogenik pada binatang percobaan sehingga sebaiknya tidak diberikan pada trimester pertama kehamilan.

Setelah 1-2 bulan pengobatan, lakukan pemeriksaan sputum ulang. Bila masih positif, ulang tes sensitivitas kuman.

Bila pasien sudah sembuh, lakukan persalinan secara biasa. Pasien TBC aktif harus ditempatkan dalam kamar bersalin terpisah, persalinan dibantu ekstraksi vakum atau forseps. Usahakan pasien tidak meneran, berikan masker untuk menutupi mulut dan hidung agar kuman tidak menyebar. Dalam masa nifas pun, obat harus terus diberikan dan pasien dirawat di ruang isolasi.

Karena bayi cukup rentan terhadap penyakit ini, sebagian besar ahli menganjurkan pemisahan dari ibu jika dicurigai menderita TBC aktif

Pasien TBC yang menyusui harus mendapat regimen pengobatan yang penuh. Semua obat antituberkulosis sesuai untuk laktasi sehingga pasien dapat tetap melanjutkan pemberian laktasi pada bayinya dengan aman secara normal. Bayi harus mendapat profilaksis INH dan imunisasi BCG.

Asma Bronkial

Insidensi asma dalam kehamilan adalah sekitar 0,5-1% dari seluruh kehamilan. Serangan asma biasanya timbul pada usia kehamilan 24-36 minggu, jarang pada akhir kehamilan.

Pengaruh kehamilan pada asma bervariasi pada tiap individu, bahkan untuk kehamilan berbeda dari individu yang sama. Frekuensi dan beratnya serangan akan mempengaruhi hipoksia pada ibu dan janin. Penegakan diagnosis serupa dengan asma di luar kehamilan.

Komplikasi

Keguguran, persalinan prematur, pertumbuhan janin terhambat.

Penatalaksanaan

Hindari faktor pencetus seperti infeksi saluran napas atas, alergen, udara dingin, dan faktor psikis.

Gunakan obat lokal seperti aminofilin atau kortikosteroid inhalasi atau oral pada serangan asma ringan. Obat antiasma modern umumnya tidak berpengaruh negatif terhadap janin selama digunakan sesuai anjuran dokter, kecuali adrenaline. Adrenalin mempengaruhi pertumbuhan janin akibat penyempitan pembuluh darah ke janin yang dapat mengganggu oksigenisasi pada janin tersebut. Namun, harus diingat aminofilin dapat menyebabkan penurunan kontraksi uterus.

Pada serangan asma akut, penanganan sama dengan wanita tidak hamil, yaitu berikan cairan intravena, encerkan cairan sekresi di paru, berikan O2 (setelah pengukuran PO2, PCO2 ) sehingga tercapai PO2 > 60 mmHg dengan kejenuhan 95% oksigen atau normal, cek fungsi paru, cek bayi, dan berikan obat kortikosteroid.

Pada status asmatikus dengan gagal napas, jika setelah pengobatan intensif selama 30-60 menit tidak tejadi perubahan, secepatnya lakukan intubasi. Berikan antibiotik bila terdapat dugaan terjadi infeksi.

Upayakan persalinan secara spontan. Namun, bila pasien berada dalam serangan, lakukan ekstraksi vakum atau forseps. Seksio sesarea atas indikasi asma jarang atau tak pernah dilakukan. Teruskan pengobatan reguler asma selama proses kelahiran. Jangan diberikan analgesik yang mengandung histamin, tapi pilihlah morfin atau analgesik epidural. Hati-hati pada tindakan intubasi dan penggunaan prostaglandin E2 karena dapat menyebabkan bronkospasme.

Dokter sebaiknya memilih obat yang tidak mempengaruhi air susu. Aminofilin dapat terkandung dalam air susu sehingga bayi mengalami gangguan pencernaan, gelisah, dan gangguan tidur. Namun, obat antiasma lainnya dan kortikosteroid umumnya tidak berbahaya karena kadarnya dalam air susu sangat kecil.

Diabetes Melitus Gestasional

Definisi

Diabetes melitus gestasional (DMG) adalah intoleransi karbohidrat ringan (toleransi glukosa terganggu) maupun berat (diabetes melitus), terjadi atau diketahui pertama kali saat kehamilan berlangsung. Definisi ini mencakup pasien yang sudah mengidap diabetes melitus (tetapi belum terdeteksi) yang baru diketahui saat kehamilan ini dan yang benar-benar menderita DM akibat hamil (DMG sesuai definisi lama WHO 1980). Sesudah kehamilan selesai, kondisi pasti ditentukan berdasarkan tes toleransi glukosa oral (TTGO).

Di Indonesia dengan menggunakan kriteria diagnosis O’Sullivan-Mahan dilaporkan prevalensi DMG antam 1,9-3,6 %.

Patofisiologi

Selain perubahan hormonal dan metabolik yang normal, pada kehamilan didapatkan jumlah/fungsi insulin ibu yang tidak optimal sehingga terjadi berbagai kelainan yang menyebabkan berbagai komplikasi pada ibu dan janin.

Diagnosis

Deteksi dini sangat diperlukan untuk menjaring DMG agar dapat dikelola sebaik-baiknya. Terutama dilakukan pada ibu dengan faktor risiko berupa beberapa kali keguguran, riwayat pernah melahirkan anak mati tanpa sebab jelas, riwayat pernah melahirkan bayi dengan cacat bawaan, pernah melahirkan bayi > 4.000 g, riwayat preeklampsia, dan polihidramnion. Juga terdapat riwayat ibu: umur ibu hamil > 30 tahun, riwayat DM dalam keluarga, riwayat DMG/TGT pada kehamilan sebelumnya, obesitas, riwayat berat badan lahir > 4500 g, dan infeksi saluran kemih berulang selama hamil. PERKENI menganjurkan pemeriksaan sejak awal asuhan antenatal dan diulang pada usia kehamilan 26-28 minggu (hasil positif tertinggi) bila hasilnya negatif. Pemeriksaan berdasarkan modifikasi WHO-PERKENI yang dianjurkan adalah pemeriksaan kadar glukosa 2 jam pasca beban glukosa 75 g dan hasilnya digolongkan dalam kriteria sebagai berikut:

Glukosa darah Kriteria

>200 mg/dl Diabetes melitus

140-200 mg/dl Toleransi glukosa terganggu:

<140 mg/dl Normal

Komplikasi

Maternal: infeksi saluran kemih, hidramnion, hipertensi kronik, preeklampsia, kematian ibu.

Fetal: abortus spontan, kelainan kongenital, insufisiensi plasenta, makrosomia, kematian intrauterin.

Neonatal: prematuritas, kematian intrauterin, kematian neonatal, trauma lahir, hipoglikemia, hipomagnesemia, hipokalsemia, hiperbilirubinemia, sindroma gawat napas, polisitemia.

Penatalaksanaan

Prinsipnya adalah mencapai sasaran normoglikemia, yaitu kadar glukosa darah puasa < 105 mg/dl, dua jam sesudah makan <120 mg/dl, dan kadar HbA1c < 6%. Selain itu juga menjaga agar tidak ada episode hipoglikemia, tidak ada ketonuria, dan pertumbuhan fetus normal. Pantau kadar glukosa darah minimal 2 kali seminggu dan kadar Hb glikosilat. Ajarkan pasien memantau gula darah sendiri di rumah dan anjurkan untuk kontrol 2-4 minggu sekali, bahkan lebih sering lagi saat mendekati persalinan.

Untuk mencapai sasaran tersebut dapat dilakukan perencanaan makan yang sesuai dengan kebutuhan, pemantauan glukosa darah sendiri di rumah, dan pemberian insulin bila perlu. Obat hipoglikemik oral tidak dipakai saat hamil dan menyusui mengingat efek teratogenitas dan dikeluarkan melalui ASI.

Trimester pertama usahakan kenaikan berat badan 1-2,5 kg, dan selanjutnya sekitar 0,5 kg per minggu. Secara umum pada akhir kehamilan berat badan ibu naik sekitar 10- 12 kg.

Perencanaan Makan

Sampai saat ini belum ada daftar perencanaan makan untuk wanita hamil versi Indonesia. Cara yang disusun sama dengan perencanaan makan pasien diabetes yang tidak hamil, yaitu makanan yang seimbang.

Jumlah kalori yang dianjurkan 35 kal/kg BB ideal, kecuali pada penderita gemuk, pertimbangkan kalori yang sedikit lebih rendah. Kebutuhan kalori merupakan jumlah keseluruhan kalori yang diperhitungkan dari kalori basal 25 kal/kg BB ideal, kalori untuk kegiatan jasmani 10-30%, dan penambahan kalori untuk pertumbuhan janin yang sedang dikandung 300 kal/hari, bila menyusui 500 kal/hari.

Komposisi dan pembagian porsi makanan selama sehari sama dengan yang dianjurkan pada wanita tidak hamil.

Insulin

Bila dengan perencanaan makan selama dua minggu tidak tercapai sasaran normoglikemia, insulin harus segera dimulai. Cara pemberian sama dengan pasien DM lain, tujuannya mencapai kadar glukosa sebaik mungkin sampai sasaran yang ditentukan, tanpa episode hipoglikemia. Untuk mencegah timbulnya antibodi terhadap insulin yang dapat menembus sawar ari, harus dipakai insulin manusia. Dimulai dengan dosis kecil, bertambah dengan meningkatnya usia kehamilan.

Umumnya pada DMG cukup diberikan insulin kerja menengah dosis rendah satu atau dua kali sehari.

Penatalaksanaan Obstetri

Pantau ibu dan janin dengan mengukur tinggi fundus uteri mendengar bunyi jantung janin, dan secara khusus memakai USG dan KTG. Nilai janin secara menyeluruh dengan skor fungsi dinamik janin plasenta (FDJP). Skor kurang dari 5 merupakan tanda gawat janin. Lakukan penilaian setiap akhir minggu sejak usia kehamilan 36 minggu. Adanya makrosomia, pertumbuhan janin terharnbat, dan gawat janin merupakan indikasi seksio sesaria. Janin sehat (skor FDJP lebih dari 9) dapat dilahirkan pada umur kehamilan cukup waktu (40-42 minggu) dengan persalinan biasa.

Ibu hamil dengan DMG tidak perlu dirawat bila keadaan diabetesnya terkendali baik, namun harus selalu diperhatikan gerak janin (normal >20 kali/12 jam). Bila diperlukan terminasi kehamilan, lakukan amniosentesis dahulu untuk memastikan kematangan janin (bila usia kehamilan kurang dari 38 minggu). Kehamilan dengan DMG yang berkomplikasi harus dirawat sejak usia kehamilan 34 minggu dan biasanya memerlukan insulin.

Penyakit Jantung pada Kehamilan

Etiologi

Sebagian besar disebabkan demam reumatik. Bentuk kelainan katup yang sering dijumpai adalah stenosis mitral, insufisiensi mitral, gabungan stenosis mitral dengan insufisiensi mitral, stenosis aorta, insufisiensi aorta, gabungan insufisiensi aorta dan stenosis aorta, penyakit katup pulmonal, dan trikuspidal.

Faktor Predisposisi

Peningkatan usia pasien dengan penyakit jantung hipertensi dan superimposed preeklampsia atau eklampsia, aritmia jantung atau hipertrofi ventrikel kiri, riwayat dekompensasi kordis, anemia.

Patofisiologi

Terjadi hidremia (hipervolemia) dalam kehamilan, yang sudah dimulai sejak umur kehamilan 10 minggu dan mencapai puncak pada usia 32-36 minggu. Uterus yang semakin besar mendorong diafragma ke atas, kiri, dan depan sehingga pembuluh-pembuluh darah besar dekat jantung mengalami lekukan dan putaran. Kemudian 12-24 jam pascapersalinan terjadi peningkatan volume plasma akibat inhibisi cairan dari ekstravaskular ke dalam pembuluh darah, kemudian diikuti periode diuresis pascapersalinan yang menyebabkan hemokonsentrasi. Jadi penyakit jantung akan menjadi lebih berat pada pasien yang hamil dan melahirkan, bahkan dapat terjadi gagal jantung.

Manifestasi Kilnis

Mudah lelah, napas terengah-engah, ortopnea, dan kongesti paru adalah tanda dan gejala gagal jantung kiri. Peningkatan berat badan, edema tungkai bawah, hepatomegali, dan peningkatan tekanan vena jugularis adalah tanda dan gejaia gagal jantung kanan. Namun gejala dan tanda ini dapat pula terjadi pada wanita hamil normal. Biasanya terdapat riwayat penyakit jantung dari anamnesis atau dalam rekam medis.

Perlu diawasi saat-saat berbahaya bagi penderita penyakit jantung yang hamil, yaitu:

o Antara minggu ke-12 dan 32. Terjadi perubahan hemodinamik, terutama minggu ke-28 dan 32, saat puncak perubahan dan kebutuhan jantung maksimum.

o Pada saat persalinan. Setiap kontraksi uterus meningkatkan jumlah darah ke dalam sirkulasi sistemik sebesar 15-20 % dan ketika meneran pada partus kala II, saat arus balik vena dihambat kembali ke jantung.

o Setelah melahirkan bayi dan plasenta. Hilangnya pengaruh obstruksi uterus yang hamil menyebabkan masuknya darah secara tiba-tiba dari ekstremitas bawah dan sirkulasi uteroplasenta ke sirkulasi sistemik.

o Empat sampai lima hari setelah persalinan. Terjadi penurunan resistensi perifer dan emboli pulmonal dari trombus iliofemoral

Gagal jantung biasanya terjadi perlahan-lahan, diawali ronki yang menetap di dasar paru dan tidak hilang setelah menarik napas dalam 2-3 kali.

Gejala dan tanda yang biasa ditemui adalah dispnea dan ortopnea yang berat atau progresif, paroxysmal nocturnal dyspnea, sinkop pada kerja, nyeri dada, batuk kronis, hemoptisis, jari tabuh, sianosis, edema persisten pada ekstremitas, peningkatan vena jugularis, bunyi jantung I yang keras atau sulit didengar, split bunyi jantung II, ejection click late systolic click, opening snap, friction rub, bising sistolik derajat III atau IV, bising diastolik, dan kardiomegali dengan heaving ventrikel kiri atau kanan yang difus.

Pemeriksaan Penunjang

Selain pemeriksaan laboratorium rutin juga dilakukan pemeriksaan:

o EKG untuk mengetahui kelainan irama dan gangguan konduksi, adanya kardiomegali, tanda penyakit perikardium, iskemia, atau infark. Bisa ditemukan tanda-tanda aritmia.

o Ekokardiografi. Metode yang aman, cepat, dan terpercaya untuk mengetahui kelainan fungsi dan anatomi dari bilik, katup, dan perikardium.

o Pemeriksaan radiologi dihindari dalam kehamilan, namun jika memang diperlukan dapat dilakukan dengan memberikan pelindung di abdomen dan pelvis.

Diagnosis

Burwell dan Metcalfe mengajukan 4 kriteria. Diagnosis ditegakkan bila ada satu dari kriteria:

o Bising diastolik presistolik atau bising jantung terus-menerus.

o Pembesaran jantung yang jelas.

o Bising sistolik yang nyaring, terutama bila disertai thrill

o Aritmia berat.

Berdasarkan gejalanya dan sebagai penilaian fungsi jantung pasien hamil dengan penyakit jantung digolongkan dalam klasifikasi New York Heart Association yang digunakan dalam penatalaksanaan. Bila terdapat gejala dekompensasi jantung, pasien harus digolongkan satu kelas lebih tinggi dan segera dirawat.

Komplikasi

Pada ibu dapat terjadi gagal jantung kongestif, edema paru, hingga kematian. Dapat terjadi abortus pada kehamilan muda. Pada janin dapat terjadi lahir prematur, berat badan lahir rendah, hipoksia, gawat janin, lahir mati, nilai APGAR rendah, dan pertumbuhan janin terhambat.

Penatalaksanaan

Sebaikknya dilakukan dalam kerjasama dengan ahli penyakit dalam atau ahli jantung. Secara garis besar penatalaksanaan mencakup menguragi beban kerja jantung dengan tirah baring, menurunkan preload dengan diuretik, meningkatkan kontraktilitas jantung dengan digitalis, menurunkan afterload dengan vasodilator.

Penatalaksanaan dilakukan berdasarkan klasifikasinya, yaitu:

Kelas I. Tidak memerlukan pengobatan tambahan.

Kelas II. Umumnya tidak perlu pengobatan tambahan, hanya harus menghindari aktivitas yang berlebihan terutama kehamilan 28-32 minggu. Pasien dirawat bila terdapat perburukan.

Kedua kelas ini dapat meneruskan kehamilan sampai cukup bulan dan melahirkan pervaginam, namun harus diawasi dengan ketat. Pasien harus tidur malam cukup, 8-10 jam, istirahat baring minimal setengah jam setelah makan, diet rendah garam, tinggi protein, membatasi masuknya cairan (75 ml/jam), dan membatasi kegiatan. Lakukan pemeriksaan antenatal 2 minggu sekali dan seminggu sekali setelah 36 minggu. Rawat pasien di rumah sakit sejak 1 minggu sebelum waktu kelahiran. Lakukan persalinan pervaginam kecuali terdapat kontraindikasi obstetri. Metoda anestesi terpilih adalah epidural.

Kala persalinan biasanya tidak berbahaya. Lakukan pengawasan dengan ketat. Pengawasan pada kala I setiap 10- 15 menit dan kala II tiap 10 menit. Bila terjadi takikardi, takipnea, dan sesak napas (ancaman gagal jantung), berikan digitalis berupa suntikan sedilanid intravena dengan dosis awal 0,8 mg. Dapat diulang 1-2 kali dengan selang 1-2 jam. Selain itu dapat diberikan oksigen, morfin (10- 15 mg), dan diuretik.

Pada kala II anak dapat dilahirkan spontan bila tidak ada gagal jantung dan ibu sedapatnya dilarang meneran. Bila telah berlangsung 20 menit dan ibu tidak dapat dilarang meneran, akhiri dengan ekstraksi cunam atau vakum dengan segera.

Tidak boleh dipakai ergometrin karena kontraksi uterus yang bersifat tonik akan menyebabkan pengembalian darah ke sirkulasi sistemik dalam jumlah besar.

Rawat pasien sampai hari ke-14, lakukan mobilisasi bertahap dan pencegahan infeksi. Dapat dianjurkan sterilisasi atau metode kontrasepsi lainnya bagi pasien setelah keadaan stabil. Bila secara fisik memungkinkan, pasien dapat menyusui.

Kelas III. Dirawat di rumah sakit selama hamil, terutama pada usia kehamilan 28 minggu. Dapat diberikan diuretik.

Kelas IV. Harus dirawat di rumah sakit.

Kedua kelas ini tidak boleh hamil karena risiko terlalu berat. Pertimbangkan abortus terapeutik pada kehamilan di bawah 12 minggu. Jika kehamilan dipertahankan, pasien harus terus berbaring selama hamil dan nifas. Bila terjadi gagal jantung, mutlak harus dirawat dan berbaring terus sampai anak lahir. Dengan tirah baring, digitalis, dan diuretik biasanya gejala gagal jantung akan cepat hilang.

Pemberian oksitosin cukup aman. Umumnya persalinan pervaginam lebih aman, namun kala II harus diakhiri dengan cunam setelah syarat-syaratnya terpenuhi atau vakum. Setelah kala III selesai, awasi dengan ketat untuk menilai terjadinya dekompensasi jantung atau edema paru. Laktasi dilarang bagi pasien kelas III dan IV.

Operasi pada jantung untuk memperbaiki fungsi sebaiknya dilakukan sebelum hamil. Pada wanita hamil saat yang paling baik adalah trimester II, namun berbahaya bagi bayinya karena setelah operasi harus diberikan obat anti pembekuan terus-menerus dan akan menyebabkan bahaya perdarahan pada persalinannya. Obat terpilih adalah heparin secara subkutan.

Hati-hati memberikan obat tokolitik pada pasien dengan penyakit jantung karena dapat menyebabkan edema paru atau iskemia miokard, terutama pada kasus stenosis aorta atau mitral.

Prognosis

Tergantung klasifikasi, usia, penyulit lain yang tidak berasal dari jantung, penatalaksanaan, dan kepatuhan pasien. Angka kematian berkisar 1-5%, bagi yang berat 15%. Kelainan yang paling sering menyebabkan kematian adalah edema paru akut pada stenosis mitral. Prognosis hasil konsepsi lebih buruk akibat dismaturitas dan gawat janin waktu persalinan

Standar

PERUBAHAN FISIOLOGIS NIFAS

LIDRA GUSMANINDRI

13211413

Perubahan Fisiologis Nifas

 Sistem Kadiovaskuler

Kebanyakan perubahan dari sistem kardiovaskuler yang disebabkan oleh kehamilan tidak terlihat lagi pada minggu kedua setelah melahirkan. Dalam beberapa hari setelah melahirkan, tekanan darah, kecepatan denyut nadi, kebutuhan oksigen dan jumlah cairan tubuh pada umumnya kembali ke keadaan awal yaitu keadaan sebelum hamil. Sedangkan perubahan-perubahan yang lainnya diperlukan beberapa minggu untuk kembali pada keadaan sebelum hamil

  • Tekanan Darah

Selama kehamilan, volume darah meningkat 40% atau sekitar 1000 ml dengan volume total dari 5 liter menjadi 6 liter. Perubahan volume darah setelah melahirkan disebabkan oleh perdarahan dan diuresis setelah melahirkan. Rata-rata darah yang keluar pada saat melahirkan per vagina secara normal adalah 400 ml – 500 ml, sedangkan apabila dengan sectio cesearean darah yang keluar lebih dari 1000 ml. Perubahan fisiologis setelah melahirkan memediasi respon terhadap perdarahan. Hilangnya fungsi endokrin dari placenta mengurangi vasodilatasi

Perubahan volume darah setelah melahirkan terlihat sangat cepat. Ada peningkatan sementara antara 15% – 30%. Peningkatan volume darah yang bersirkulasi antara 12 – 48 jam setelah melahirkan dikarenakan perpindahan cairan ekstravaskular dan terjadinya diuresis. Hal ini menyebabkan efek hemodilusional dengan penurunan hematokrit dan peningkatan cardiac output. Pada hari ketiga setelah melahirkan, volume darah menurun 16% dari saat hamil. Volume darah total berkurang seperti sebelum hamil yaitu 4 liter pada saat minggu ke-4 setelah melahirkan

  • Cardiac output

Cardiac output yang meningkat selama melahirkan, mencapai puncaknya sesaat setelah pemisahan placenta yang sejalan dengan kontraksi uterus yang memerlukan volume darah yang besar untuk bersirkulasi. Stroke volume yang meningkat pada saat kehamilan masih tetap berlanjut sampai kira-kira 48 jam setelah melahirkan sebagai akibat dari peningkatan darah balik yang diakibatkan oleh kehilangan sirkulasi placenta dan pengurangan aliran darah ke uterus. Dengan adanya diuresis setelah melahirkan menyebabkan peningkatan sementara cardiac output kira-kira 35 % pada masa awal setelah melahirkan.

Dalam dua minggu setelah melahirkan, cardiac output menurun kira-kira 30%. Pengurangan volume darah terlihat bertahap pada minggu ke-2 sampai minggu ke-4 setelah melahirkan. Hal ini menyebabkan cardiac output kembali normal yaitu saat tidak hamil, kira-kira pada saat minggu ke-3 setelah melahirkan.

Perubahan Tanda-tanda Vital

  •  Suhu

Secara umum, suhu ibu selama nifas meningkat hingga , atau meningkat kurang lebih 0,5 derajat Celcius dari keadaan normal sebagai suatu akibat dari dehidrasi persalinan. Setiap ibu yang suhunya melebihi batas ini dalam dua periode 24-jam dari peurperium tersebut (excludein postpartum 24 jam pertama) dianggap demam.

Kadang-kadang, puncak demam selama beberapa jam muncul lagi pada hari kurang lebih ke-4 post partum dapat disebabkan oleh pembengkakan payudara karena , pembengkakan payudara akibat adanya pembentukan ASI tetapi hal ini tidak berlangsung lebih lama dari 12 jam.

Dalam menilai pentingnya kenaikan tempratur, denyut nadi adalah panduan asuhan karena denyut nadi lambat dan tempratur sedikit lebih tinggi mungkin menandakan sebuah kompliksi.

  • Denyut Nadi

Setelah melahirkan, sering ada bradikardi fisiologis sementara, yang berlangsung 24 sampai 48 jam, dengan denyut nadi 40 sampai 50 denyut per menit. Ini hasil dari perubahan hemodinamik, termasuk volume stroke dan output jantung meningkat, serta respon vagal untuk aktivitas sistem saraf simpatik meningkat selama persalinan. Bradikardi ringan 50 sampai 70 kali per menit dapat terus terjadi selama sekitar satu minggu. Denyut nadi kembali ke level normal yaitu sebelum kehamilan kira-kira 3 bulan setelah melahirkan.

  • Tekanan darah.

Tekanan darah adalah tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri ketika darah dipompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh manusia. Tekanan darah normal manusia adalah sistolik antara 90-120 mmHg dan diastolik 60-80 mmHg. Pasca melahirkan pada kasus normal, tekanan darah biasanya tidak berubah.  Hipotensi ortostatik, dapat berkembang dalam 40 jam pertama sebagai suatu akibat gangguan pada daerah persarafan yang mungkin terjadi setelah persalinan. Perubahan tekanan darah menjadi lebih rendah pasca melahirkan dapat diakibatkan oleh perdarahan. Sedangkan tekanan darah tinggi pada saat setelah melahirkan merupakan tanda terjadinya pre eklamsia post partum. Namun demikian, hal tersebut sangat jarang terjadi.

  •  Pernafasan

Perubahan pada tekanan perut dan kapasitas isi rongga dada setelah persalinan mempengaruhi fungsi paru. Perubahan tersebut meliputi peningkatan volume residu, resting ventilation, dan kebutuhan oksigen serta adanya penurunan dalam kapasitas inspirasi. Namun setelah 6 bulan postpartum, fungsi paru akan kembali ke keadaan sebelum hamil.

Selama persalinan dan periode awal post-partum terjadi perubahan keseimbangan asam-basa. Progesteron selama kehamilan menyebabkan hiperventilasi pada tingkat alveolar, hal itu dapat meningkatkan saturasi oksigen tanpa mengubah tingkat pernapasan. Kehamilan ditandai dengan alkalosis pernapasan (disebabkan oleh konsentrasi karbon dioksida menurun pada alveoli) dan kompensasi asidosis metabolik. Hal-hal tersebut mulai berubah dengan meningkatnya laktat darah, penurunan pH, dan hipokapnia (<30 mmHg) menjelang akhir tahap pertama selama persalinan. Kondisi ini terus berlangsung sampai tahap awal kala 4 persalinan, tetapi nilai-nilai kehamilan lebih normal non (P CO2 35-40 mmHg) muncul dalam beberapa hari. Penurunan progesteron pada tahap ini mengakibatkan hypercapnia postpartum, yang disertai dengan kelebihan basa tinggi dan bikarbonat plasma. Secara bertahap, pH dan meningkatkan kelebihan dasar sampai mencapai nilai normal, sekitar 3 minggu setelah melahirkan. Tingkat metabolisme dasar tetap meningkat selama 1 sampai 2 minggu setelah persalinan.

Saturasi Oksigen dan Po2 lebih tinggi selama kehamilan dibandingkan pada wanita yang tidak hamil. Selama persalinan wanita mungkin mengalami penurunan saturasi oksigen, terutama saat terlentang. Hal ini mungkin akibat penurunan output di jantung dalam posisi tersebut. Saturasi oksigen naik secara cepat setelah melahirkan, sampai 95% pada hari pertama post-partum. Peningkatan kebutuhan oksigen dalam periode post-partum mungkin terjadi, tampaknya berhubungan dengan panjang dan kesulitan dari tenaga kerja tahap kedua. Ada peningkatan konsumsi oksigen selama waktu istirahat, yang juga dapat dipengaruhi oleh laktasi, anemia, dan faktor-faktor emosional dan psikologis.

Endokrin

Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada sistem endokrin. Hormon-hormon yang berperan pada proses tersebut, antara lain:

  1. Hormon plasenta.
  2. Hormon pituitary.
  3. Hipotalamik pituitary ovarium.
  4. Hormon oksitosin.
  5. Hormon estrogen dan progesteron.
  • Hormon plasenta.

Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan hormon yang diproduksi oleh plasenta. Hormon plasenta menurun dengan cepat pasca persalinan. Penurunan hormon plasenta (human placental lactogen) menyebabkan kadar gula darah menurun pada masa nifas. Human Chorionic Gonadotropin (HCG) menurun dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke-7 post partum dan sebagai onset pemenuhan mamae pada hari ke-3 post partum

  • Hormon pituitary.

Hormon pituitary antara lain: hormon prolaktin, FSH dan LH. Hormon prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada wanita yang tidak menyusui menurun dalam waktu 2 minggu. Hormon prolaktin berperan dalam pembesaran payudara untuk merangsang produksi susu. FSH dan LH meningkat pada fase konsentrasi folikuler pada minggu ke-3, dan LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi.

  • Hipotalamik pituitary ovarium.

Hipotalamik pituitary ovarium akan mempengaruhi lamanya mendapatkan menstruasi pada wanita yang menyusui maupun yang tidak menyusui. Pada wanita manyusui mendapatkan menstruasi pada 6 minggu pasca melahirkan berkisar 16% dan 45% setelah 12 minggu pasca melahirkan. Sedangkan pada wanita yang tidak menyusui, akan mendapatkan menstruasi berkisar 40% setelah 6 minggu pasca melahirkan dan 90% setelah 24 minggu.

  • Hormon oksitosin.

Hormon oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang, bekerja terhadap otot uterus dan jaringan payudara. Selama tahap ketiga persalinan, hormon oksitosin berperan dalam pelepasan plasenta dan mempertahankan kontraksi, sehingga mencegah perdarahan. Isapan bayi dapat merangsang produksi ASI dan sekresi oksitosin, sehingga dapat membantu involusi uteri.

  • Hormon estrogen dan progesteron.

Volume darah normal selama kehamilan, akan meningkat. Hormon estrogen yang tinggi memperbesar hormon anti diuretik yang dapat meningkatkan volume darah. Sedangkan hormon progesteron mempengaruhi otot halus yang mengurangi perangsangan dan peningkatan pembuluh darah. Hal ini mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar panggul, perineum dan vulva serta vagina.

Hematologi

Pada minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan plasma serta faktor-faktor pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama post partum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun tetapi darah lebih mengental dengan peningkatan viskositas sehingga meningkatkan faktor pembekuan darah.

Pada awal post partum, jumlah hemoglobin, hematokrit dan eritrosit sangat bervariasi. Hal ini disebabkan volume darah, volume plasenta dan tingkat volume darah yang berubah-ubah. Tingkatan ini dipengaruhi oleh status gizi dan hidarasi dari wanita tersebut. Jika hematokrit pada hari pertama atau kedua lebih rendah dari titik 2 persen atau lebih tinggi daripada saat memasuki persalinan awal, maka pasien dianggap telah kehilangan darah yang cukup banyak. Titik 2 persen kurang lebih sama dengan kehilangan darah 500 ml darah.

Penurunan volume dan peningkatan sel darah pada kehamilan diasosiasikan dengan peningkatan hematokrit dan hemoglobin pada hari ke 3-7 post partum dan akan normal dalam 4-5 minggu post partum.

Jumlah kehilangan darah selama masa persalinan kurang lebih 200-500 ml, minggu pertama post partum berkisar 500-800 ml dan selama sisa masa nifas berkisar 500 ml.

  • Konstituen darah

Hemodilusi yang disebabkan oleh perpindahan cairan interstisisal. Hematokrit meningkat dalam 3 – 7 hari yang disebabkan oleh hemokonsentrasi yang menyertai diuresis dengan volume plasma yang hilang lebih besar daripada sel darah yang hilang. Peningkatan jumlah sel darah merah selama kehamilan juga berkontribusi terhadap meningkatnya hematokrit. Tidak ada penghancuran sel darah merah selama masa post-partum. Tetapi jumlah sel darah merah berkurang secara bertahap  kembali ke level normal, sejalan dengan sel darah merah yang meningkat selama kehamilan dan telah berakhir masa hidupnya. Jumlah hematokrit kembali normal pada minggu ke-4 ata ke-5 setelah melahirkan.

Sel darah putih pada saat kehamilan biasanya meningkat sampai dengan 12.000 sel/mm3. Terjadi peningkatan leukosit pada 10 – 12 hari setelah melahirkan dengan jumlah 20.000 – 30.000 sel/mm3. Jenis leukosit yang meningkat yaitu netrofil dan eosinofil, sedangkan lymphosit menurun. Perubahan jumlah sel darah putih juga merupakan ciri khas dari infeksi dan bersama dengan peningkatan kecepatan sedimentasi eritrosit yang khas setelah melahirkan membuat infeksi post-partum susah untuk dideteksi.

Leukositosis adalah meningkatnya jumlah sel-sel darah putih sebanyak 15.000 selama persalinan. Jumlah leukosit akan tetap tinggi selama beberapa hari pertama masa post partum. Jumlah sel darah putih akan tetap bisa naik lagi sampai 25.000 hingga 30.000 tanpa adanya kondisi patologis jika wanita tersebut mengalami persalinan lama.

  • Faktor koagulasi

Peningkatan faktor koagulasi yang muncul selama kehamilan masih tetap berlanjut sampai periode post-partum. Faktor pembekuan I, II, VIII, IX dan X lebih diaktifkan setelah melahirkan dan akan menurun beberapa hari setelah melahirkan sampai seperti saat hamil, tetapi fibrinogen dan tromboplastin tetap sampai tiga minggu setelah melahirkan. Faktor pembekuan ini dapat berinteraksi secara sepsis atau trauma yang mempengaruhi tromboembolisme pada wanita setelah melahirkan.

  • Konstituen darah lainnya.

Efek dari kadar estrogen yang tinggi selama kehamilan atau sintesis protein dan sintesis lemak yang tinggi menyebabkan peningkatan produksi asam lemak, kolesterol, trigliserida, lipoprotein dan faktor pembekuan. Konstituen-konstituen ini kempali ke keadaan pada saat hamil dari 2 – 3 minggu setelah melahirkan. Elektrolit-elektrolit berubah setelah kehamilan, dengankeseimbangan Cl dihasilkan dari ekskresi yang cepat pada cairan ekstraseluler, selama diuresis Na meningkat di dalam plasma sebagian dikarenakan penurunan hormon steroid, sebagian lagi karena kehilangan air dalam jumlah yang besar. Peningkatan pottasium mungkin dikarenakan katabolisme jaringan selama involusi. Perubahan ini kembali normal sekitar dua minggu setelah melahirkan.

Standar